- Tangkapan Layar YouTube Al-Bahjah TV
Tunaikan Puasa Asyura Sama Saja Dianggap Ikuti Tabiat Orang Yahudi? Buya Yahya Jelaskan Jangan Keliru untuk Urusan...
tvOnenews.com - Umat Muslim kini telah memasuki pelaksanaan Puasa Asyura sebagai ibadah paling mulia di bulan Muharram.
Seperti diketahui, Puasa Asyura berlangsung di tanggal 10 Muharram 1447 H, yakni tepat jatuh pada Minggu, 6 Juli 2025.
Di bulan Muharram, Puasa Asyura dan Puasa Tasu'a punya keistimewaan setelah diperkuat oleh dalil dan hadis riwayat Rasulullah SAW.
Meski istimewa di bulan Muharram, sebagian umat Muslim menganggap kalau puasa Asyura merupakan salah satu kebiasaan dari orang Yahudi.
Artinya, jika menjalankan puasa Asyura, mereka mengikuti kebiasaan orang Yahudi.
- envato element
Lantas, apakah benar demikian?
Dilansir tvOnenews.com melalui kanal YouTube Al-Bahjah TV, berikut penjelasan Buya Yahya soal menjalankan Puasa Asyura seperti mengikuti tabiat orang Yahudi.
Mulanya, Buya Yahya menjelaskan puasa sunnah sebagai ibadah teristimewa di bulan Muharram.
"Ada banyak keutamaan di bulan tersebut, disebutkan Baginda Nabi dalam satu hadis diriwayatkan Imam Muslim, sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah bulan Muharram," ungkap Buya Yahya.
Buya Yahya mengajak agar umat Muslim memperbanyak puasa sunnah di bulan Muharram setelah Ramadhan berlalu.
Bulan Muharram memiliki keutamaan memperoleh pahala seluas samudera apabila menjalankan ibadah puasa.
"Ingin banyak puasa di bulan Muharram. Hanya perlu dicermati ada banyak riwayat-riwayat yang palsu tentang keutamaan hari pertama dan sebagainya," pesan Buya Yahya.
Untuk itu, Buya Yahya mengimbau agar tidak terjebak menafsirkan hadis riwayat palsu.
"Sudahlah kita jangan bersentuhan dengan riwayat-riwayat itu, akan tapi cukuplah kita mendengar dari Baginda Nabi bahwa, sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa Muharram," bebernya.
Puasa paling afdhol di antara bulan Muharram, tentu Puasa Asyura yang jatuh pada hari ke-10.
"Ada satu hari yang sangat istimewa, dulu itu sebuah kewajiban, yaitu pausa di hari ke-10 namanya Asyura," jelasnya.
Dalam sejarahnya, hukum Puasa Asyura pada zaman dulu adalah wajib, tetapi kini hanya sunnah sejak puasa Ramadhan diwajibkan oleh Allah SWT.
"Puasa Asyura adalah puasa yang sangat agung. Nabi menyebutkan dengan puasa Asyura harapannya adalah Allah ampuni dosa yang lalu," katanya.
Akan tetapi, Buya Yahya menegaskan dosa yang diampuni ketika menjalankan Puasa Asyura hanya untuk ukuran kecil.
"Adapun dosa besar tidak akan mendapat pengampunan kecuali ada tobat khusus, dosa besar harus ada penyesalan yang khusus dengan kesadaran akan dosa tersebut," paparnya.
Soal desas-desus Puasa Asyura merupakan salah satu ibadah penting bagi orang Yahudi, Buya Yahya mengulas tentang kisah Nabi SAW.
Pada saat itu, Nabi SAW bertanya tentang Puasa Asyura mengapa orang Yahudi wajib menjalankan Puasa Asyura.
"Orang Yahudi pada berpuasa di hari Asyura ini karena bersyukur kepada Allah karena (Nabi Musa AS) dan Bani Israil diselamatkan di 10 Asyura," tuturnya.
Dikutip dari laman Muhammadiyah, hadis riwayat mengenai Bani Israil berpuasa Asyura dipopulerkan oleh Ibnu Abbas RA, begini bunyinya:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, "Nabu SAW ketika tiba di Madinah, beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan shaum hari ‘Asyura (10 Muharam) dan mereka berkata; “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Lalu Nabi Musa ‘Alaihissalam mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah”. Maka Beliau bersabda: “Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka". Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat beliau untuk berpuasa." (HR. Bukhari).
"Karena 10 Asyura ini masyhur di kalangan orang non-Muslim waktu itu, yakni Yahudi dan Nasrani. Hari yang dipuasai," ucap Buya Yahya.
Ketika Nabi SAW mengajak umat Muslim puasa Asyura, para sahabat menolak dan protes secara halus.
Penolakan tersebut tidak lepas karena puasa Asyura merupakan hari paling agung bagi orang Yahudi dan Nasrani.
"Lihat hebatnya sahabat Nabi SAW untuk menjaga kemurnian keimanan tidak akan mudah ikut-ikutan," lanjutnya.
Lantas, bagaimana Nabi SAW menjawab pertanyaan sahabat? Buya Yahya mengatakan hal tersebut tidak berpengaruh karena umat Islam punya perbedaan khusus.
"Kalau hidup aku di masa yang akan datang, tahun depan ditambah tanggal 9 agar berbeda dengan orang Yahudi dan Nasrani. Dengan puasa sebelumnya satu hari atau setelah satu hari," pungkasnya.
(hap)