news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Ilustrasi shalat Id saat Hari Raya Idul Adha.
Sumber :
  • iStockPhoto

Naskah Khutbah Idul Adha 1446 H: Meriah tapi Keliru, Begini Menyambut Idul Adha Sesuai Anjuran

Kekeliruan dalam menyemarakkan euforia Hari Raya Idul Adha sering terjadi sebagai pembahasan menarik dalam materi naskah khutbah Idul Adha 2025 M/1446 Hijriah.
Sabtu, 10 Mei 2025 - 23:36 WIB
Reporter:
Editor :

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Sidang jemaah shalat Id rahimahumullah

Pertama-tama, marilah kita senantiasa mengucap puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ampunan kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa, sebagaimana bukti kecintaan Dia sehingga kita dapat berkumpul kembali dan menyemarakkan Idul Adha pada tahun 2025.

Tak lupa, saya selaku khatib tak pernah bosan mengingatkan marilah kita sholawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, Nabi terakhir memberikan kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia dari zaman kebodohan.

Kaum muslimin rahimahumullah

Idul Adha sebagaimana kita ketahui sebagai momen hari raya yang paling agung dan mulia dalam agama Islam.

Idul Adha merupakan sebuah hari raya membuat kita bernostalgia atas kisah pengorbanan begitu luar biasa dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Sayangnya melalui kisah tersebut, semakin ke sini, semarak Idul Adha justru malah makin jauh dari esensi utamanya. Banyak di antara kita yang terjebak dalam kemeriahan yang keliru.

Maka dari itu, saya bertugas sebagai khatib berdiri di atas mimbar ini akan menerangkan makna pengorbanan yang terdalam dari esensi Idul Adha.

Idul Adha bukan sekadar hari besar yang diisi dengan potong hewan dan makan-makan, namun sejatinya memberikan simbol penguatan ketakwaan, keikhlasan, dan seberapa jauh kepatuhan kita kepada Allah SWT.

Dari Surat Al-Ma'idah Ayat 27, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Ma’idah: 27).

Kembali pada kisah Nabi Ibrahim AS, beliau yang siap menyembelih anaknya menunjukkan bahwa, perintah Allah lebih utama dari segalanya.

Maka dari itu, ketika kita berkurban, hendaknya kita meneladani ketulusan itu, bukan sekadar menggugurkan kewajiban.

Keluargaku yang dilimpahkan rezeki oleh Allah

Di era media sosial, tak sedikit yang menjadikan kurban sebagai ajang pamer dan eksistensi, bukan karena cinta kepada Allah.

Berita Terkait

1
2
3 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:05
01:59
02:45
02:14
01:33
04:47

Viral