- Fc dender
Wak Haji Keluhkan Satu Budaya di Negara Kelahiran, Lebih Nyaman Tinggal di Indonesia
Jakarta, tvOnenews.com- Siapa yang tak mengenal Pemain Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen. Sosoknya yang murah senyum ini sangat mudah dikenali.
- Fc dender
Ada hal menarik dari dirinya, ia pernah menjelaskan seputar rasanya bermain di Indonesia.
Rasa yang dirasakan setelah sudah masuk ke Timnas Indonesia, hal inilah yang jadi menarik, karena buka-bukaan soal perasaannya tinggal di Indonesia.
Ragnar Oratmangoen yang disapa Wak Haji ini katakan 'bebas' itu yang terlintas dalam benaknya. Tentunya, ini pengakuan tak terduga dari Pemain naturalisasi ini.
Makna perasaan bebas yang disampaikan pemain mualaf ini,dia bandingkan kenyamanan tinggal di Belanda dan Indonesia sangatlah berbeda.
Sebagaimana diketahui, banyak hal menarik dari Ragnar Oratmangoen yang akrab disapa Wak Haji itu. Sebab ia, satu-satunya anggota Timnas Indonesia yang berstatus mualaf loh.
Ia lahir dari keluarga besar non-muslim, nasrani. Tentunya, keputusan mualaf bukan perkara mudah.
Diam-diam Lebih Suka Indonesia daripada Belanda
Cerita perjalanan spiritual hingga suka duka bermain dan tinggal di Indonesia, ia sharing dalam acara podcast.
- PSSI
Hal ini ungkapkan dalam satu momen wawancaranya di YouTube Soccer77 waktu lalu, dikutip Kamis (24/3).
"Indonesia mayoritas beragama islam, dan bagaimana pandangan kamu jika dibandingkan dengan eropa yang cukup bebas?," tanya Mamat.
Sehubungan ragnar merasa lebih nyaman dan menyenangkan di Indonesia karena tingkat toleransi tinggi. Masyarakat tidak mudah menghakimi 'judge'.
Wak Haji mengaku bebas punya pilihan tanpa terbebani oleh frame 'judge' orang lain.
"Sebenarnya tidak begitu sulit di Belanda. Namun kamu tidak akan sebebas yang diinginkan," jawab Ragnar Oratmangoen.
"Sebab mereka orang Belanda sangat mudah men-judge (menghakimi) orang lain, berbeda dengan saya Indonesia," jelas Wak Haji.
Wak Haji mengaku adanya rasa 'bebas' dalam mendengarkan panggilan shalat (adzan). Menurutnya, kapanpun bisa mendengarnya.
"Di saat mereka melihat kita, bisa saja mereka berpikir yang bukan-bukan. Sementara saya di sini bisa bebas. Mendengarkan adzan setiap kali saya keluar," ucapnya sambil tersenyum.