news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Ilustrasi tradisi maaf-maafan saat momentum Lebaran di Hari Raya Idul Fitri.
Sumber :
  • iStockPhoto

Naskah Khutbah Idul Fitri 2025 Singkat: Air Mata Lebaran antara Kebahagiaan, Kerinduan, dan Keikhlasan Hati

Berikut contoh materi naskah khutbah Idul Fitri singkat untuk pelaksanaan shalat Idul Fitri 2025 mengambil tema air mata yang berderai jatuh ketika Lebaran.
Kamis, 27 Maret 2025 - 17:09 WIB
Reporter:
Editor :

tvOnenews.com - Naskah khutbah Idul Fitri biasanya berisi seputar hari raya dan bulan Ramadhan. Temanya mengingatkan ketakwaan yang harus dipertahankan umat Islam.

Naskah khutbah Idul Fitri memiliki perbedaan dengan rangkaian khutbah Jumat, baik dari segi waktu dan sesi dalam pelaksanaannya.

Khatib biasanya membaca naskah khutbah Idul Fitri dengan menyelipkan gema bacaan takbir dan biasa berlangsung setelah menunaikan shalat Ied.

Sementara, khutbah Jumat menggema sebelum pelaksanaan shalat Jumat dan dibagi menjadi dua sesi. Namun pada intinya, khutbah Idul Fitri dan khutbah Jumat sama-sama menjadi pengingat.

Naskah khutbah Idul Fitri mampu mengundang kesedihan. Terlebih lagi, bagi mereka tidak beranjak dari sajadahnya setelah shalat Ied, bisa mengundang deraian air mata saat waktu kultum tersebut.

Maka dari itu, banyak umat Islam berderai air matanya saat momentum Lebaran. Mereka tak kuasa menahan tangisan merayakan kemenangan setelah melalui bulan Ramadhan.

tvOnenews.com akan membagikan rekomendasi bahan materi teks khutbah Idul Fitri 2025 dengan bahan singkat bertajuk "Air Mata Lebaran antara Kebahagiaan, Kerinduan, dan Keikhlasan".

Naskah Khutbah Idul Fitri Singkat Tema Air Mata Lebaran antara Kebahagiaan, Kerinduan, dan Keikhlasan

Ilustrasi berdoa setelah sesi naskah khutbah Idul Fitri
Sumber :
  • Istimewa

 

‎اللهُ أَكْبَرُ,اللهُ أَكْبَرُ,اللهُ أَكْبَرُ,وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

‎اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Sidang shalat Ied yang dikaruniai Allah SWT

الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله. الحمد لله الذي بلَّغنا شهر رمضان وأعاننا على صيامه وقيامه، وجعل لنا عيد الفطر فرحًا وسرورًا. وأشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله. اللهم صلِّ على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. أما بعد، فيا أيها المسلمون، اتقوا الله حق تقاته، ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.

Idul Fitri adalah hari yang begitu bahagia, penuh kehangatan, bersuka cita bersua dengan keluarga, serta tradisi saling memaafkan di kampung halaman tercinta.

Namun, di balik senyuman terpancar pada Hari Raya Idul Fitri, sering kali ada air mata yang berderai jatuh secara terus-menerus tiada hentinya.

Tangisan ini bukan sekadar ekspresi kesedihan, melainkan bentuk cerminan dari kebahagiaan, kerinduan, dan keikhlasan yang mendalam.

Kaum muslimin rahimahumullah

Pertama-tama, khatib akan memaparkan adanya air mata kebahagiaan di Hari Raya Idul Fitri yang sering jatuh namun memiliki alasan tertentu, bukan karena cengeng dan sebagainya.

Hari raya Idul Fitri adalah momen penuh suka cita. Banyak Muslim meneteskan air mata kebahagiaan saat merasakan keberhasilan dalam menjalani ibadah Ramadan.

Setelah sebulan penuh menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, mereka merayakan kemenangan spiritual yang membawa ketenangan batin.

Kebersamaan dengan keluarga juga menjadi faktor utama yang memicu air mata haru. Bertemu dengan orang tua, saudara, dan sahabat setelah sekian lama berpisah karena kesibukan masing-masing membuat momen Lebaran semakin bermakna.

Tradisi saling meminta maaf dan berpelukan menjadi simbol bahwa setiap Muslim berusaha kembali ke fitrah yang suci.

Pada kesempatan kali ini, khatib juga akan menjelaskan air mata kerinduan yang menghujam hati. Namun, tidak semua air mata di hari raya adalah tangisan bahagia.

Banyak orang yang merasakan kesedihan karena kehilangan orang terkasih. Lebaran sering kali mengingatkan kepada kita pada momen-momen kebersamaan dengan mereka yang telah tiada, menciptakan rindu yang mendalam.

Tak sedikit juga bagi mereka yang merayakan Idul Fitri jauh dari keluarga karena pekerjaan atau keadaan lainnya.

Rindu kampung halaman dan kenangan bersama orang tua menjadikan Idul Fitri terasa lebih emosional.

Doa-doa yang dipanjatkan menjadi ungkapan rindu yang mendalam, mengharapkan kebaikan dan rahmat bagi mereka yang telah mendahului kita.

Jemaah shalat Ied yang berbahagia

Pada bagian terakhir mengenai air mata keikhlasan sebagai bukti ketundukan. Idul Fitri juga menjadi pengingat bagi setiap Muslim untuk lebih ikhlas dalam menjalani hidup.

Keikhlasan menerima takdir, baik kehilangan maupun perpisahan, adalah bagian dari ketundukan kepada Allah.

Hari raya ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang perayaan duniawi, tetapi juga tentang hati yang lapang dalam menerima segala ketentuan-Nya.

Banyak orang menangis saat takbir berkumandang, bukan karena kesedihan semata, tetapi karena kesadaran bahwa Ramadan telah usai.

Mereka merasa belum maksimal dalam menjalankan ibadah dan berharap masih diberi kesempatan bertemu Ramadan berikutnya.

Kaum muslimin rahimahumullah

Demikianlah khatib menjelaskan secara singkat khutbah Idul Fitri yang hanya berlangsung setahun sekali. Air mata yang jatuh saat Idul Fitri adalah bagian dari fitrah manusia.

Tangisan ini bisa menjadi simbol kebahagiaan, kerinduan, maupun keikhlasan dalam menghadapi kehidupan.

Lebaran bukan sekadar tentang perayaan, tetapi juga tentang refleksi diri, mempererat silaturahmi, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Sebagai umat Muslim, kita hendaknya menjadikan Idul Fitri sebagai momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan sesama. 

Setiap air mata yang jatuh di hari suci ini semoga menjadi saksi atas kebersihan hati kita dalam menjalani hidup yang lebih baik.

Sumber Referensi: Quran Kemenag RI, kitab Ihya Ulumuddin oleh Imam Al-Ghazali, NU Online, Tafsir Ibnu Katsir, dan Jurnal Islam dan Kebudayaan, 2022 tentang tradisi Lebaran dan dampaknya bagi psikologi Muslim.

(hap)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

01:02
02:56
15:03
10:35
06:54
01:00:11

Viral