- Ilustrasi/ANTARA
Syarat Pasien Diabetes Melitus Anak Bisa Lakukan Puasa Ramadhan
tvOnenews.com - Pada bulan Ramadhan tentu setiap Muslim tidak ingin melewatkan kesempatan memperbanyak pahala dengan puasa dan amalan lainnya, termasuk anak-anak.
Namun bagaimana jika seorang anak menderita Diabetes Melitus? Berikut saran yang diberikan oleh Dokter spesialis anak, subspesialis endokrin Dr. dr. Harjoedi Adji Tjahjono.
Ia mengatakan, anak dan remaja dengan diabetes melitus dapat menjalankan ibadah puasa namun dengan sejumlah persyaratan.
Menurutnya, anak dengan Diabetes Melitus bisa puasa Ramadhan dengan memperhatikan beberapa hal yakni melakukan kontrol metabolik hingga berada dalam pengawasan tim diabetes (tenaga medis).
“Anak dan remaja dengan diabetes melitus dapat menjalankan ibadah puasa dengan dengan syarat kontrol metaboliknya harus bagus,” ujar Harjoedi yang yang merupakan anggota unit kerja koordinasi (UKK) endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam webinar yang digelar di Jakarta, Selasa (4/3/2025).
Selain itu, anak dan remaja yang berpuasa melakukan pemantauan gula darah mandiri secara teratur.
Sementara itu, anak dan remaja yang asuh dalam kelompok risiko tinggi tidak disarankan berpuasa, namun bila tetap memutuskan berpuasa perlu dilakukan pemantauan secara ketat oleh tim diabetes.
Adapun kelompok pasien diabetes melitus yang berisiko sangat tinggi bisa mengalami perburukan penyakit, diantaranya pasien dengan riwayat hipoglikemia berat dalam tiga bulan terakhir, riwayat hipoglikemia berulang, riwayat ketoasidosis diabetik atau hiperglikemik hyperosmolar dalam tiga bulan sebelum puasa, sedang sakit seperti demam, diare dan muntah serta menjalani dialisis kronik.
Lebih lanjut, dirinya merekomendasikan beberapa tata laksana yang dapat dilakukan oleh anak dan remaja pasien diabetes melitus, di antaranya insulin tetap diberikan dengan penyesuaian resimen, diet dengan nutrisi seimbang yakni saat iftar atau berbuka hindari makan kaya karbohidrat dalam jumlah besar, sahur makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan minum yang cukup.
Selain itu, perlu untuk memantau glukosa darah dan membatalkan puasa bila GDS kurang dari 70mg/dL juga bila GDS lebih dari 300 mg/dL atau lebih dari 250 mg/dL dengan keton positif.
Aktivitas fisik selama berpuasa juga dapat tetap dilakukan dengan menghindari olahraga berat, sehingga aktivitas fisik biasa tetap dilakukan. Ia juga menegaskan bahwa edukasi pemantauan gula darah di rumah dapat terus dilakukan.