- ANTARA
Griya Kongco Dwipayana, Temuan Aksara China dan Bukti-Bukti Akulturasi Hindu-Budha di Bali
Salah satu umat Hindu yang hadir di Tanah Kilap, I Made Gede Widiasa mengatakan bersembahyang di sini merupakan hal rutin meskipun dirinya tak memiliki darah Tionghoa.
Ia mengaku merasa damai karena saling menghormati dengan berdoa di kongco sebelum melanjutkan persembahyangan di Pura Candi Narmada.
“Disini kan ada Pura Candi Narmada, jadinya saling menghargai saja, kami sekalian mampir juga berdoa, seringnya seperti itu, ikut kata hati, jadinya merasa nyaman saja,” ujarnya.
Dari 31 titik persembahyangan, keluarganya hanya bersembahyang di empat area, baik pelinggih Hindu maupun area rupang-rupang.
Widiasa meyakini ketika bersembahyang yang utama adalah rasa tulus dan ikhlas, mempersembahkan buah atau bunga sesuai keikhlasan dan mengarah bersembahyang ke titik-titik menurut kata hati.
Akulturasi budaya yang kental ini turut menjadi alasan WNA Kolombia Maria Catalina Bonilla Varon merayakan Tahun Baru Imlek di Tanah Kilap.
“Saya sudah tinggal di Bali selama 5 tahun dan mereka menyambut semua agama di dunia, sangat indah untuk dihormati dan menghormati, meskipun kita tidak berlatih agama yang sama, kita hanya berdoa dengan diri sendiri, dan menghormati semuanya yang kita dapat di Bali,” ujarnya.(ant/bwo)