Besok Pilkada, Adakah yang Masih Berpikir untuk Golput? Jika Iya, Silakan Simak Pesan Buya Yahya Berikut Ini, Katanya….
Sumber :
  • tim tvOnenews.com/Julio Trisaputra

Besok Pilkada, Adakah yang Masih Berpikir untuk Golput? Jika Iya, Silakan Simak Pesan Buya Yahya Berikut Ini, Katanya…

Selasa, 26 November 2024 - 18:00 WIB

tvOnenews.com - Setiap Muslim yang mungkin masih berpikir untuk tidak memilih alias golput saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan dilakukan serentak pada esok, Rabu (27/11/2024), sebaiknya simaklah pesan dari Buya Yahya berikut ini.

Saat momen pemilihan baik Pemilu atau Pilkada dan sejenisnya, terkadang masih ada yang berpikir untuk tidak memilih alias golput.

Padahal, setiap suara masyarakat sangatlah berarti. Terlebih Pilkada adalah penentuan atas pemimpin daerah yang kita tinggali.

Belum lagi, pesan Allah SWT bahwa seorang Muslim haruslah memberikan amanah kepada orang yang tepat, sebagaimana dalil berikut ini.

Allah SWT berfirman dalam ayatnya,

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa: 58)

Selain ayat di atas, seorang Muslim juga dilarang memberikan amanah kepada yang bukan ahlinya, sebagaimana hadis berikut ini.

Rasulullah SAW bersabda,

"Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya." (Hadis Riwayat Bukhari, no. 6496)

Maka dari itu, sebaiknya setiap Muslim jika memutuskan tidak memilih atau golput haruslah paham hukum syar’inya dalam Islam.

Lalu bagaimana hukum golput dalam Islam?

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menyampaikan dengan tegas, bahwa jika ada yang bisa dipilih maka setiap Muslim harus memilih.

Kemudian Buya Yahya menyarankan, jika memang dihadapkan dengan pilihan, Buya sebaiknya bandingkanlah.

Hal ini karena menurut Buya Yahya, jika ada seorang yang baik, pasti akan ada yang lebih baik diatasnya. 

Namun jika semua dirasa jelek, Buya Yahya yakin pasti ada pemimpin yang tidak terlalu jelek yang bisa dipilih.

"Jadi masih bisa dipilih. Kan bukan jelek sama rata. Anggap saja nilainya. Maka disinilah Anda bisa mendahulukan yang ada kecenderungan untuk memilih," saran Buya Yahya.

Jika memang bingung dengan pilihan setiap Muslim kata Buya Yahya haruslah lakukan ijtihad dimana seorang Muslim harus sudah berkomunikasi dengan para ulama atau guru.

Adapun makna ijtihad sendiri adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seseorang kepada seorang ulama atau ahli hukum Islam (mujtahid) untuk menggali, memahami, dan menetapkan hukum syariat Islam terhadap suatu permasalahan yang tidak memiliki penjelasan tegas dalam Al-Qur'an dan hadis.

Tindakan ijtihad menjadi penting karena Islam adalah agama yang dinamis dan selalu relevan dengan perkembangan zaman.

Dengan melakukan ijtihad, diharapkan hukum Islam dapat diterapkan dalam berbagai situasi baru tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dasar yang ada dalam Al-Qur'an dan hadis.

Maka jika seorang Muslim bingung akan coblos siapa saat Pilkada, lalu lakukan ijtihad.

Jika sudah melakukan ijtihad dan memang ada satu pilihan, maka kata Buya Yahya haru coblos salah satu alias tidak golput.

Namun jika sudah ijtihad dan tidak menemukan sosok yang mau dicoblos, kata Buya Yahya itu baru berbeda.

"Tapi kalau memang mentok, Anda golput berlaku. Tapi golputnya bukan golput ikut-ikutan," tegas Buya Yahya.

"Golput harus dari buah hasil upaya ijtihad," imbuh pimpinan pondok pesantren Al-Bahjah itu.

Sosok yang bernama lengkap Prof. KH. Yahya Zainul Ma'arif itu kemudian menambahkan bahwa golput itu sama halnya dengan orang sakit yang tidak bisa datang, dan dia tidak nyoblos.

Akan tetapi bedanya orang sakit itu termasuk udzur karena suatu kondisi yang memang tidak memungkinkan. 

Namun jika ingin golput harus merupakan buah dari ijtihad yang dihasilkan dari bertanya pada guru atau informasi yang dikumpulkan dari hasil diskusi.

"Diskusi dengan teman yang baik, bukan yang suka mencaci-maki, mengolok dan menjelek-jelekkan, maka itu ada komunikasi. Jika sudah ada yang menonjol ya Anda pilih," saran Buya Yahya.

Namun jika sudah menjelang pemilihan nyatanya masih mentok dan bingung, maka menurut Buya Yahya itu kehendak Allah SWT dimana Anda belum dibolehkan untuk memilih seorang pemimpin.

"Tapi yang gak boleh adalah mengimbau untuk tidak memilih. Harus dipilih kalau memang masih bisa dipilih. Itu harus, selagi masih bisa dipilih, harus dipilih," ujar Buya Yahya.

"Karena gak mungkin dipaksa orang dalam kondisi kebingungan," imbuhnya.

Namun Buya Yahya mengingatkan bahwa memang tidak ada manusia yang sempurna.

Buya Yahya juga menegaskan, dalam memilih itu harus ada tarjih atau kecenderungan memilih sesuai dari buah ijtihad dan usaha usai berdiskusi dengan guru atau ulama.

"Tapi ingat, tidak ada kepentingan pribadi dan mengadu kepada Allah setelah Anda pilih. Biarpun salah Anda tidak dosa dihadapan Allah," tegas Buya Yahya.

Itulah pesan Buya Yahya terkait Pilkada dan golput.

Semoga bermanfaat dan disarankan bertanya langsung kepada ulama atau ahli agama agar mendapatkan pemahaman yang lebih dalam.

Hal ini karena seorang Muslim dianjurkan memiliki  guru ketika sedang mendalami ilmu agama.

Wallahu’alam bishawab

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:08
06:10
01:41
03:04
02:15
03:41
Viral