- dok.ilustrasi iStock
Jangan Salah Lagi, Jumlah Rakaat Shalat Dhuha Nggak Harus 2 tapi Lebih Afdhol Segini, Kata Syekh Ali JaberWaktunya Bisa Disesuaikan dari...
Jakarta, tvOnenews.com-- Syekh Ali Jaber dalam ceramahnya, menjelaskan shalat dhuha yang ternyata memiliki beragam jumlah rakaat.
Shalat dhuha dalam Islam menjadi salah satu anjuran karena bersifat sunnah.
Kemudian, dhuha itu tersedia dalam banyak waktu. Waktu itu terbagi 3 yaitu awal, pertengahan dan akhir, namun untuk rakaatnya berapa? berikut penjelasannya.
Shalat dhuha ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, karena memiliki banyak keutamaan.
Keutamaan itu berupa bisa memudahkan segala niat baik, seperti rezeki berlimpah dan kemudahan dalam bekerja atau masalah.
Kemudian, shalat dhuha rakaatnya juga beragam, mulai dari 2,4,6 sampai 8 atau 12 rakaat untuk melaksanakannya.
Namun, jumlahnya setiap orang bisa memilih dan disesuaikan kemampuannya.
Lantas berapa jumlah rakaat shalat dhuha yang afdhol dikerjakan?
Dalam ceramahnya di YouTube Yayasan Syekh Ali Jaber dikutip Minggu (25/8). Shalat dhuha dilaksanakan di waktu setelah matahari terbit.
Sehingga bukan di waktu setelah subuh. Umumnya, itu matahari terbit atau di tengah aktivitas sehari-hari di pagi hari.
"Tapi di waktu matahari terbit tidak boleh langsung shalat dhuha. Waktu saat matahari terbit diwaktu 4 jam 40 menit dan setelah adzan shalat subuh itu jam 4.50 atau jam 5 an baru bisa shalat dhuha" kata Syekh Ali Jaber.
"Jadi harus dijeda 15 menit setelah adzan subuh. Bisa disebut surup," sambungnya.
Sementara batas waktu shalat dhuha sendiri, cukup panjang sampai jelang shalat Dzuhur.
"Waktunya sejak matahari terbit sampai jelang Dzuhur ya sekitar 11.30 WIB," jelas Syekh Ali Jaber.
Sementara untuk jumlah rakaatnya dhuha, ia jelaskan ini bisa disesuaikan. Sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.
Namun, lebih afdholnya berapa jumlah rakaat shalat dhuha?
"Sementara untuk jumlahnya yang disunnahkan yaitu 8 rakaat bukan 12. Yang paling sedikit itu 2. Apakah boleh dua rakaat saja?," terang Syekh Ali Jaber.
"Boleh, contohnya karena orang bekerja. Sehingga harus disesuaikan dengan pekerjaan," jelasnya.
Namun, jumlah rakaat yang afdhol menurutnya ialah 4 rakaat. Sementara waktunya, Ulama Indonesia itu tidak spesifikkan tapi disesuaikan.
Sebagaimana, janji Allah ini bisa dilihat dalam hadits qudsi. Na’im bin Hammar berkata,
"Aku mendengar Rasulullah berkata: Allah berfirman, ‘Wahai Anak adam, janganlah sekali-sekali engkau malas melakukan shalat empat rakaat pada pagi hari (shalat dhuha) karena akan kucukupi kebutuhanmu hingga sore hari’.” (Hr. Abu Daud)
"Untuk waktu pelaksanaannya, sendiri pun bisa dibagi bisa habis subuh, atau jam 6.30 jelang kerja (pertengahan) sebentar lagi jam 9 atau 11. Yang paling afdol jumlah rakaatnya yaitu 4 rakaat," terang Syekh Ali Jaber.
Sehingga keputusan untuk berapa jumlah rakaatnya disesuaikan oleh pembaca, info di atas sebagai pendapat dari ulama.
Sebagaimana, Nabi Muhammad SAW bersabda: ‘Shalat Dhuha adalah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah dengan bertaubat’,” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim).
Sebagai tambahan, usai salam atau seluruh shalat, kemudian membaca beberapa doa sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn.
Artinya, “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.” (klw)
Waallahualam