- dok.ilustrasi freepik
Pahami Surah An-Nisa Ayat 78, Semangat Juang dalam Kebenaran
Jakarta, tvOnenews.com-- Memiliki semangat juang untuk kebenaran sangatlah dianjurkan dalam Islam.
Hal ini disampaikan dalam Surah An-Nisa ayat 78 yang dikutip dari Qur'an Kementerian Agama (Kemenag).
Pada ayat ini juga dijelaskan soal manusia ada yang takut mati.
Disebutkan tidaklah wajar manusia takut mati, meskipun ia berada di dalam kancah peperangan.
Jika sampai ajalnya, tentulah ia mati, meskipun ia hidup mewah di dalam istana atau bertahan di dalam benteng yang kokoh.
Berikut ayat 78 Surah An-Nisa:
اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا
Aina mā takūnū yudrikkumul-mautu wa lau kuntum fī burūjim musyayyadah(tin), wa in tuṣibhum ḥasanatuy yaqūlū hāżihī min ‘indillāh(i), wa in tuṣibhum sayyi'atuy yaqūlū hāżihī min ‘indik(a), qul kullum min ‘indillāh(i), famā lihā'ulā'il-qaumi lā yakādūna yafqahūna ḥadīṡā(n).
Artinya: "Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka (orang-orang munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, “Ini dari sisi Allah” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, “Ini dari engkau (Nabi Muhammad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?."
Dalam tafsir Tahlili, dijelaskan maut (mati) adalah suatu hal yang pasti datangnya.
Tidak seorang pun yang dapat lepas dari padanya di manapun dia berada meskipun berlindung di dalam benteng yang kokoh kuat. Karena itu tidaklah wajar manusia takut mati meskipun ia berada di dalam kancah peperangan.
Jika sampai ajalnya, tentulah ia mati, meskipun ia hidup mewah di dalam istana atau bertahan di dalam benteng yang kokoh.
Ditegaskan, kalau ayat ini merupakan kecaman Allah terhadap segolongan kaum Muslimin yang tidak mempunyai semangat juang untuk membela kebenaran, mereka tak mau berperang karena takut mati.
Sikap pengecut dan kemunafikan mereka itu tidak lain disebabkan kelemahan iman dan piciknya pikiran mereka.
Selanjutnya digambarkan kepicikan akal mereka yang tidak mau berperang karena takut mati. Sikap pengecut mereka anggap sebagai karunia dari Allah sedang malapetaka yang menimpa mereka adalah karena datangnya Muhammad ke Medinah.
Sehingga musim kemarau yang menimpa kota Medinah mereka anggap sebagai musibah yang ditimbulkan oleh kedatangan Nabi Muhammad dan kesialannya. Adapun orang yang beriman ia tetap berpendirian bahwa baik dan buruk adalah datangnya dari Allah.
Pendirian seperti, inilah yang Allah perintahkan kepada Muhammad agar disampaikan kepada mereka. Sekiranya mereka tidak dapat memahaminya, mereka akan tetap sepanjang masa di dalam kegelapan.
Jika mereka dapat memahaminya tentulah mereka tidak akan mengatakan bahwa hal yang buruk itu dikarenakan celanya seseorang, tetapi baik dan buruk itu akan mereka ketahui erat hubungannya dengan sebab musabab yang telah menjadi sunah Allah. (Klw)