- ANTARA/Ali Jadallah / Anadolu/pri.
Kecaman Keras Palestina kepada AS Usai Israel Bantai Sekolah di Gaza Tewaskan 30 Orang dan Lebih 100 Terluka
Jakarta, tvOnenews.com - Juru bicara resmi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh menyinggung keputusan Kongres AS telah memberikan peluang Israel menyerang sekolah Khadijah di Jalur Gaza.
"Lampu hijau pemerintah Amerika yang diterima Netanyahu membuatnya terus gencar melakukan serangan dan pembantaian yang masih berlangsung terhadap rakyat Palestina," ujar Abu Rudeineh dilansir tvOnenews.com dari WAFA, Minggu (28/7/2024).
Jubir resmi Presiden Palestina itu juga turut memberikan kecaman keras terhadap Kongres AS beserta jajaran pemerintah telah memberikan peluang melanjutkan peristiwa berdarah di Jalur Gaza.
Kongres AS tengah menjadi sorotan dunia karena memberikan peluang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk pidato.
Serangan Israel terakhir menargetkan sekolah Khadijah di Kota Deir al-Balah menyebabkan 30 warga Gaza tewas dan lebih dari 100 orang terluka.
Warga Palestina bergotong royong evakuasi korban serangan kebrutalan Israel di Jalur Gaza. (Antara)
Israel menyerang sekolah Khadijah menewaskan puluhan warga tewas dan ratusan orang luka-luka terjadi di Kota Deir al-Balah pada Sabtu (27/7/2024).
"Yang terakhir yakni pembantaian mengerikan yang menelan puluhan korban jiwa akibat tentara pendudukan yang menargetkan sekolah yang menampung ribuan orang terlantar di Kota Deir al-Balah," tegas Juru bicara resmi Presiden Palestina itu.
Ia menuturkan bahwa, Kongres AS dan pemerintah menjadi pihak bertanggung jawab atas pembantaian brutal itu.
Ia menyoroti pemerintah dan Kongres AS lantaran memberikan sanjungan dan tawaran berupa bantuan senjata, finansial, dan politik terhadap Israel.
Bantuan senjata tersebut bermaksud agar pendudukan Israel terus membantai, mengebom seakan-akan pembantaian terparah sepanjang massa terhadap anak-anak, wanita dan lansia.
Abu Rudeineh menunjukkan seluruh larangan menjadi ketetapan hukum internasional sudah dilanggar dan tidak didengar oleh pendudukan Israel.
Pelanggaran tersebut memicu pendudukan menyerang melalui pengeboman di salah satu sekolah menjadi tempat penampungan warga sipil yang berusaha mencari perlindungan.
"Setiap kali pendudukan menggempur sekolah yang menampung orang-orang terlantar, kami hanya melihat sejumlah kutukan dan kecaman yang tidak akan memaksa pendudukan menghentikan agresi berdarah mereka," jelasnya.