- istockphoto/YouTube Adi Hidayat
Suara Hati Karyawan Ingin Hijrah tapi Masih Kerja di Bank Konvensional, Haruskah Resign Dulu? Ustaz Adi Hidayat Beri Penjelasan, Ternyata...
tvOnenews.com - Persoalan tentang hukum perbankan khususnya bank konvensional hingga saat ini masih menjadi perdebatan di antara muslim.
Hal ini bukan tanpa sebab, karena sebagian ulama berpendapat menganggap bahwa bank konvensional termasuk haram hukumnya karena adanya bunga bank yang dianggap sama dengan riba.
Dalam Islam sendiri, hukum riba yaitu haram dan bahkan memakan riba termasuk salah satu dosa besar.
Lantas bagaimana jika seorang muslim yang ingin hijrah tapi masih kerja di bank konvensional. Apakah harus resign dulu baru kemudian hijrah? Simak penjelasan Ustaz Adi Hidayat berikut ini.
Melansir dari YouTube Audio Dakwah, Rabu (15/5/2024) berikut penjelasan Ustaz Adi Hidayat tentang bekerja di bank konvensional.
Persoalan tentang hukum bank konvensional bukan hanya soal riba, namun juga bagaimana orang yang bekerja di bank tersebut.
Apakah juga termasuk memakan harta atau uang yang berasal dari riba?
Ustaz Adi Hidayat dalam salah satu kesempatan dakwahnya menjelaskan tentang irisan-irisan yang sifatnya duniawi, termasuk dalam hal pekerjaan.
Menurutnya, jika yang kita kerjakan itu dipandang bersentuhan dengan sesuatu yang haram, maka sebaiknya harus segera ditinggalkan.
"Apapun yang kita kerjakan kalau bersentuhan dengan yang dilarang, tinggalkan," terang Ustaz Adi Hidayat.
"Jadi kalau ada yang haram-haram, jangan banyak pikir tinggalkan aja," sambungnya.
Namun terkait masalah pekerjaan di bank konvensional, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa langsung keluar dari pekerjaan juga memiliki resiko.
Sehingga jika dengan meninggalkan pekerjaan tersebut akan mempersulit hidupnya, maka sementara boleh dijalani dulu sambil mencari pekerjaan lain.
Jika sudah mendapatkan pekerjaan baik yang halal, maka harus segera ditinggalkan pekerjaan lama bekerja di bank konvensional.
"Misal Anda bekerja di tempat yang ada ribanya atau haramnya di situ. Kemudian Anda tinggalkan, kemudian nggak ada modal di situ. Kalau Anda tinggalkan seketika, berdampak pada kehidupan Anda, lebih sulit. Tidak mudah untuk dijalani, bahkan mengancam jiwa, maka ulama sepakat di sini," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, persoalan hijrah juga sebaiknya tidak serta memutus rezeki dengan berhenti bekerja.
Namun perlu juga dipertimbangkan aspek lain, seperti sumber penghasilan untuk menunjang kehidupan sehari-hari, baik untuk diri sendiri maupun keluarga.
"Jadikan ini sebagai pijakan, dijalani terlebih dahulu, bikin jembatan. Cari pekerjaan lain, begitu mendapatkan pekerjaan lain, tinggalkan total semua ini," sambungnya.
Lebih lanjut, Ustaz Adi Hidayat juga menjelaskan tentang rezeki setiap makhluk sudah dituliskan oleh Allah SWT dan akan diberikan kepadanya tanpa dikurangi sedikitpun.
Maka jangan ada keraguan disitu, terkait persoalan rezeki dari Allah SWT.
"Quran surah ke 51 ayat ke 22, di langit rizki dituliskan, dijanjikan dan diberikan kepada Anda tanpa dikurangi sedikitpun," ungkap Ustaz Adi Hidayat.
Salah satu cara untuk mendapatkan rezeki tersebut kita sebagai manusia harus bekerja dengan cara yang halal.
Maka Allah akan menurunkan rezeki tersebut, bahkan dari arah yang tak disangka-sangka.
"Bagaimana cara mendapatkannya? Quran surah 2 ayat ke 168. Asal Anda mau kerja dengan cara yang halal, dapatkan yang benar, Allah turunkan rezekinya tanpa dikurangi sedikitpun," papar Ustaz Adi Hidayat.
Oleh karena itu, akan percuma orang yang mencari rezeki dengan cara yang haram seperti korupsi, mencuri, menipu dan sebagainya.
Sebab, harta yang didapatkan akan tetap segitu saja, tidak akan bertambah dan akan habis entah kemana.
Perbedaannya hanya ada pada keberkahan harta tersebut yang terkadang orang lupa.
"Kalau kata Allah 1 miliar, 1 miliar Anda akan dapat, tanpa mencuri pun dapatnya segitu juga. Jadi ngapain harus mencuri," terang Ustaz Adi Hidayat.
Dan yang dimaksud dengan rezeki adalah semua yang masuk pada mulut kita serta apa yang kita pakai di badan, bukan harta yang dikumpulkan.
Misalnya seseorang memiliki tabungan Rp1 miliar, namun yang dimakan dan dipakai hanya Rp100 juta, maka 100 juta itulah rezeki yang sebenarnya dari.
Sedangkan sisanya bukan termasuk rezekinya, dan bisa jadi rezeki itu adalah hak orang lain yang dititipkan oleh Allah SWT kepada seseorang tersebut.
"Anda sekarang di tabungan satu miliar, tapi yang masuk ke mulut, kepakai ke badan, cuma 100 juta sampai meninggal. Sisanya dibagi, maka yang punya Anda yang 100 juta itu. Yang tidak masuk ke mulut itu bukan punya Anda," terang Ustaz Adi Hidayat.
"Yang sudah Anda masukkan, sudah Anda bagikan, shodaqoh, zakat, infaq, itu bagian Anda. Tapi kalau belum apa-apa cuma dikumpulkan, mungkin itu hak orang lain yang dititipkan di tangan Anda," pungkasnya.
(udn)
Baca artikel tvOnenews.com terkini dan lebih lengkap, klik google news.
Ikuti juga sosial media kami;
twitter @tvOnenewsdotcom
facebook Redaksi TvOnenews