Ajal Itu Datangnya Tiba-tiba dan Tidak Dapat Ditunda, Tafsir Surat Al Araf Ayat 34.
Sumber :
  • istockphoto

Ajal Itu Datangnya Tiba-tiba dan Tidak Dapat Ditunda, Tafsir Surat Al Araf Ayat 34

Selasa, 9 April 2024 - 12:50 WIB

Jakarta, tvOnenews.com - Ajal datang tiba-tiba dan tidak dapat ditunda.

Ajal adalah sesuatu yang datang tanpa bisa diprediksi oleh seseorang, meskipun shaleh sekali pun.

Ajal adalah rahasia Allah SWT.

Mengenai ajal telah Allah SWT jelaskan dalam firmannya Surat Al Araf ayat 34.

Berikut lafadz, arti dan tafsir Surat Al Araf ayat 34.

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

Wa likulli ummatin ajal(un), fa iżā jā'a ajaluhum lā yasta'khirūna sā‘ataw wa lā yastaqdimūn(a).

Artinya: Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.

Tafsir Ringkas Kemenag

Orang-orang zalim yang melakukan perbuatan keji sebagaimana dijelaskan pada ayat-ayat terdahulu tidak langsung mendapatkan azab dan balasan perbuatan mereka, karena Allah telah menentukan waktu dan ajal tiap-tiap umat. 

Dan setiap umat atau bangsa yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya mempunyai ketentuan ajal-nya, yaitu batas waktu untuk maju atau mundur, jaya atau hancur. 

Apabila ajalnya, yakni masa ketentuan azab Allah kepada umat atau bangsa, tiba, azab Allah pasti akan turun dan mereka tidak dapat meminta penundaan kedatangannya atau percepatan dengan memajukannya walau hanya sesaat atau sekejap pun.

Tafsir Tahlili

Ayat ini menjelaskan kenyataan sejarah, bahwa tiap-tiap umat atau bangsa itu ada ketentuan yang disebut ajalnya, yaitu batas waktu tertentu untuk maju atau mundur, jaya atau hancur. 

Yang menentukan ialah Allah sesuai dengan sunnah-Nya dan kehendak-Nya. 

Ketentuan ajal maksudnya ialah ketentuan waktu turunnya azab bagi umat atau bangsa yang telah durhaka, tidak mau menerima kebenaran, berlaku sewenang-wenang sekehendak nafsunya, dan tidak segan-segan mengerjakan yang keji dan  mungkar.

Maka ketentuan turunnya azab itu ada dua macam, yaitu yang pertama: umat itu hancur musnah sampai hilang dari permukaan bumi. 

Seperti malapetaka yang telah diturunkan Allah kepada kaum Nuh, Ad, Samud, Fir‘aun, Luṭ dan yang lainnya. 

Umat itu telah hilang dari permukaan bumi sebab kedurhakaan dan keingkaran mereka tidak menerima ajaran-ajaran yang dibawa oleh masing-masing rasul. 

Sudah diberi peringatan berkali-kali, namun mereka tidak percaya, bahkan semakin membangkang dan sombong. Maka tibalah ajal mereka dengan kehancuran dan kebinasaan sampai musnah.

Firman Allah: 

وَكَذٰلِكَ اَخْذُ رَبِّكَ اِذَآ اَخَذَ الْقُرٰى وَهِيَ ظَالِمَةٌ ۗاِنَّ اَخْذَهٗٓ اَلِيْمٌ شَدِيْدٌ ١٠٢

Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksaNya sangat pedih, sangat berat. (Hūd/11: 102)

Azab yang merupakan kehancuran seperti ini, hanya khusus berlaku bagi umat-umat terdahulu yang tidak akan terjadi lagi pada umat Nabi Muhammad, sebab kedatangan Nabi Muhammad adalah rahmat bagi semua penghuni alam ini. Allah berfirman: 

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ١٠٧

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (al-Anbiyā′/21: 107).

Ketentuan kedua: umat itu menjadi hina, miskin, bodoh, dijajah, dan lain-lain. Allah menurunkan azab bukan untuk menghancurkannya, tapi umat itu hilang kebesarannya dan kemuliaannya, jatuh menjadi umat yang hina-dina, tidak ada harga dan kemuliaan lagi.

Kenyataan sejarah sudah banyak menunjukkan bahwa umat yang pada mulanya jaya dan terhormat, tapi akhirnya menjadi hina dan melarat, sebab mereka berfoya-foya menghamburkan harta kekayaan untuk maksiat. 

Berlaku sewenang-wenang berbuat aniaya sesama manusia, menghabiskan harta umat dengan cara yang tidak benar, baik dengan korupsi, menipu dan lain-lain. 

Penyakit syirik merebak dengan suburnya, di samping menyembah Allah, mereka juga menyembah makhluk-Nya. 

Maka datanglah ajal umat atau bangsa itu, mereka menjadi umat yang lemah dan hina di mata manusia. 

Kedatangan azab tidak dapat ditangguhkan walaupun sesaat dan tidak pula dapat dimajukan. 

Tidak seorang pun yang tahu saat datangnya azab itu, apakah di waktu malam, atau di waktu siang, kadang-kadang datangnya dengan tiba-tiba, di saat umat itu sedang lengah, sedang lupa daratan, sedang bersenang-senang, turunlah azab Allah dengan sekonyong-konyong. 

Seandainya diketahui kapan ajal itu akan datang, tentu mereka minta ditangguhkan, dan mereka segera memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, dan meninggalkan perbuatan keji dan dosa dan lain-lain.

Datangnya ajal secara tiba-tiba itu, memberikan pengertian bahwa Allah Mahakuasa dan tidak bisa dihalangi dan ditandingi oleh kekuasaan manusia. Akhirnya umat itu menyesal, namun penyesalan itu tidak berguna.

Itulah tafsir Surat Al Araf ayat 34 yang dilansir tvOnenews.com dari Qur’an Kementerian Agama (Kemenag).

Wallahu’alam

(put)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:45
07:17
09:23
06:24
03:16
02:16
Viral