- istockphoto
Ini Anjuran Ustaz Adi Hidayat untuk Para Penyelenggara Shalat Idul Fitri
Jakarta, tvOnenews.com - Dalam sebuah ceramah, Ustaz Adi Hidayat (UAH) menganjurkan beberapa hal kepada Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) atau panitia penyelenggaraan Shalat Idul Fitri.
Hal ini dikatakan oleh Ustaz Adi Hidayat agar Shalat Idul Fitri sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Selain itu dengan mengikuti anjuran Rasulullah SAW maka seluruh umat yang menjalankannya akan nyaman.
Lalu apa saja anjuran Ustaz Adi Hidayat kepada penyelenggara Shalat Idul Fitri?
Ini Anjuran Ustaz Adi Hidayat untuk Para Penyelenggara Shalat Idul Fitri (Sumber: Tangkapan Layar/Adi Hidayat Official)
Berikut penjelasannya yang dirangkum tvOnenews.com dari ceramah Beliau yang diunggah di kanal YouTube.
Dilaksanakan Saat Bayangan Matahari di Dua Tombak
Hal pertama yang harus dilakukan kata Ustaz Adi Hidayat bahwa Shalat Idul Fitri dilakukan saat bayangan matahari di dua tombak.
“Penunaian shalat, pertama dilangsungkan di awal waktu bagi Idul Adha, tapi untuk Idul Fitri boleh dimundurkan sampai bayangan matahari di dua tombak,” ujar Ustaz Adi Hidayat.
Maka jika dikonversikan ke dalam jam, kata Ustaz Adi Hidayat maka saat matahari di dua tombak yang dimaksud adalah sekitar pukul 06.30.
“Misal ukuran jam misalnya Idul Adha 06.30 nah kalau Idul Fitri boleh jam 06.45 atau 06.50,” jelas Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa alasan logis dari mundurnya pelaksanaan Shalat Idul Fitri ini karena adanya sunnah makan sebelum berangkat ke masjid.
“Haditsnya adalah Nabi mengimani kami di Idul Fitri di saat matahari dua tombak, kalo Idul Adha harus segera, agar saat dhuha sudah bisa menyembelih hewan kurban,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Dilangsungkan di Tempat yang Luas
Kemudian yang kedua Ustaz Adi Hidayat mengatakan, pelaksanaan Shalat Idul Adha harus dilangsungkan di tempat yang luas terbuka, kecuali terjadi halangan tertentu.
“Adalah nabi SAW saat akan masuk shalat idul fitri akan mengimami dan memilih tempat yang luas, jika masjid tidak menampung banyak, namun ada lapangan, maka pilih lapangan,” jelasnya.
“Namun jika lebih baik di masjid misal karena hujan, kembalikan ke masjid, setidaknya ada yang tertampung kemudian melebar tak apa, tapi yang utama tempat yang luas,” sambungnya.
Kondisi zaman Nabi dengan sekarang haruslah tidak disamakan.
Hal ini karena dahulu masjid Nabi ukurannya lebih kecil namun memiliki lapangan luas.
“Namun sekarang Masjid Nabawi kan luas, makanya Shalat Ied di dalam,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Kemudian Ustaz Adi Hidayat juga menegaskan bahwa dapat saja Shalat Idul Fitri di musala.
Hal ini dikatakan oleh Ustaz Adi Hidayat karena kata musala yang terdapat di dalam hadits tidak sama artinya dengan musala yang banyak dipahami orang Indonesia.
“Jangan salah tangkap, ya, mengimajinasikan karena kalau disebutkan di Indonesia musala itu tempatnya kecil, sempit,” katanya.
“Kalau di mal pinggir toilet, bukan, ya. Musala yang dimaksud di sana artinya tempat salat,” imbuhnya.
Maka kata musala dalam bahasa Arab bersifat umum, dan luasnya bisa lebih besar daripada masjid.
“Kalau dirujuk lagi ke situasi zaman Nabi SAW apabila disebutkan musala berarti bukan masjid. Tempat di luar masjid yang biasanya biasanya lapangan,” tegasnya.
Sebaiknya Disiapkan Shaf Khusus Ibu yang Bawa Anak dan Wanita Haid
Kemudian, Ustaz Adi Hidayat mengatakan sebaiknya penyelenggara Shalat Idul Fitri mempersiapkan shaf khusus bagi wanita haid dan yang bawa anak.
“Yang menarik, Nabi mengajak perempuan, bahkan yang sedang tak shalat, ibu-ibu yang punya anak, yang penting dalam hadits ini adalah siapkan shaf terbaik untuk mereka,” kata Ustaz Adi Hidayat.
“DKM catat, jika ada perempuan yang tidak shalat, jangan satukan dengan shaf yang sedang shalat, misal ibu-ibu yang punya anak yang belum baligh, mereka tetap bisa hadir tapi sebaiknya hadir jadi meski mereka tak shalat tapi dengar khutbah, mereka akan dapat pahala,” tambah Ustaz Adi Hidayat.
Bahkan Ustaz Adi Hidayat menyarankan agar panitia penyelenggara Shalat Idul Fitri menyediakan makanan dan mainan agar anak-anak yang ikut menjadi bahagia.
“Sehingga anak-anak itu punya perasaan senang. Kalau bisa siapkan makanan dan mainan, sehingga begitu datang dia senang,” jelasnya.
“Berikan citra baik kepada mereka, sehingga yang tertanam di benak mereka bahwa Idul Fitri menyenangkan,” lanjut Ustaz Adi Hidayat.
Maka dengan begitu, diharapkan anak-anak akan merasa nyaman dan selalu meminta adanya Hari Raya Idul Fitri.
“Itu sunnah, semua dapat ketenangan, enak tenang. Jangan hanya seremonial, datang lalu pulang,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Edarkan Kotak Infaq
Selain itu, Ustaz Adi Hidayat mengatakan disunnahkan kepada seluruh umat muslim untuk memperbanyak infaq saat Hari Raya Idul Fitri.
“Bawa infaq terbaik, Nabi memerintahkan bilal berputar, siapkan kotak infaq silahkan diedarkan itu sunnah. Maka ketika sedang khutbah beredar kotak, itu tak apa sunnah,” jelasnya.
Khatib Berikan Khutbah Singkat dan Padat
Kemudian yang terakhir, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa Khatib diharapkan akan memberikan khutbah singkat dan padat.
“Bagi khatib sampaikan pesan yang singkat padat dan memberikan pesan-pesan mendekatkan diri kepada Allah SWT,” kata Ustaz Adi Hidayat.
Itulah anjuran yang sebaiknya dilakukan oleh para penyelenggara Shalat Idul Fitri.
Wallahu’alam
(put)