- ANTARA
Pengamat Duga Genosida yang Dilakukan Israel Terhadap Palestina Lebih Parah dari Nakba, Bagaimana Sejarah Peristiwa 15 Mei 1948 Itu?
Jakarta, tvOnenews.com - Pengamat Timur Tengah, Abdul Muta’ali menduga serangan Israel ke Palestina yang disebut oleh banyak pihak genosida itu, akan lebih parah dari peristiwa Nakba yang terjadi 15 Mei 1948.
“Diduga akan lebih parah dari nakba, ingin mengosongkan tanah Gaza bukan hanya Tepi Bara,” ujar Abdul Muta’ali dalam sebuah wawancara dalam sebuah program di tvOne.
“Sah lah ini disebut genosida,” sambungnya.
Lantas apa itu peristiwa Nakba yang disebut oleh Abdul Muta’ali?
Dalam catatan sejarah ada sebuah peristiwa bernama Nakba yang menimpa Palestina.
Nakba adalah tragedi pengusiran dan pembunuhan warga Palestina pada 15 Mei 1948.
Peristiwa Nakba terjadi sebelum pembentukan negara Israel.
Dalam peristiwa Nakba, banyak warga Palestina terbunuh dan terusir tanah mereka.
Nakba, yang berarti “bencana” dalam bahasa Arab, Namun ada juga yang mengartikan sebagai malapetaka.
Dalam peristiwa Nakba inilah, terjadi pembunuhan, perpindahan massal, dan perampasan hak milik warga Palestina selama perang Arab-Israel tahun 1948.
Pada tanggal 15 Mei 1948 inilah titik awal dari perang Arab-Israel dan telah lama terjadi ketika orang-orang Palestina turun ke jalan dan memprotes pemindahan mereka secara paksa.
Sebelum peristiwa Nakba, yakni pada bulan November 1947, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang membagi Palestina menjadi dua negara, satu negara Yahudi dan satu negara Arab, dengan Yerusalem berada di bawah pemerintahan PBB.
Pada saat itu, kaum Yahudi di Palestina berjumlah sepertiga dari total populasi dan memiliki kurang dari enam persen total luas daratan.
Berdasarkan rencana pembagian PBB, mereka mendapat alokasi 55 persen lahan, yang mencakup banyak kota utama dengan mayoritas warga Arab Palestina dan garis pantai penting dari Haifa hingga Jaffa.
Ilustrasi: Deretan bendera anggota PBB (Anadolu Agency)
Palestina akan kehilangan lahan pertanian dan pelabuhan utama, yang menyebabkan Palestina menolak proposal tersebut.
Dunia Arab juga menolak rencana tersebut, dengan alasan bahwa hal tersebut tidak adil dan melanggar Piagam PBB.
Tak lama setelah Resolusi PBB 181, pecah perang antara Palestina dan kelompok bersenjata Zionis.