- Pujiansyah/tvOne
Masjid Jami Al Anwar, Masjid Tertua di Lampung, Menjadi Saksi Letusan Dahsyat Gunung Krakatau
Rusdi mengungkapkan, saat renovasi pada tahun 1888 menjadi masjid yang permanen, enam tiang surau yang rusak tetap dipertahankan yang saat ini telah dibungkus dengan pilar beton. Enam tiang tersebut menggambarkan Rukun Iman.
"Pada 1972, renovasi dilakukan kembali dengan memperluas bangunan menjadi lebih besar karena jamaah yang datang saat salat Jumat dan hari-hari besar semakin banyak jumlahnya. Terakhir, perbaikan dan renovasi masjid ini dilakukan sekitar 2015 sampai 2016, yang diganti atap masjid, awalnya genting biasa menjadi seng baja," ungkapnya.
Setelah itu, masjid tersebut dinamakan Masjid Al-Anwar yang memiliki arti bercahaya.
Nama tersebut diharapkan masjid tersebut dapat menjadi sumber cahaya kehidupan yang dapat menerangi umat. Nama masjid itulah yang dipakai sampai sekarang.
Lebih lanjut Rusdi menceritakan, meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, ada beberapa bagian yang tetap dipertahankan di masjid tersebut.
Beberapa di antaranya meriam peninggalan Belanda di depan masjid, bedug hadiah dari Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) yang tetap disimpan sampai sekarang, hingga kitab-kitab peninggalan sejak dahulu dari berbagai bahasa yang disimpan di perpustakaan masjid.
"Yang paling dipertahankan di masjid ini adalah meriam Belanda di depan yang masih ada sampai sekarang, karena dulu kan belum ada sirine masjid seperti zaman sekarang, itu digunakan buat peringatan buka puasa. Kalau sekarang hanya dibuat pajangan. Lalu, ada bedug kecil, dari 1988 dan sumur tua sedalam 20 meter yang tetap digunakan sampai saat ini," ucap Rusdi.
Rusdi mengungkapkan, Masjid Jami Al-Anwar bukan hanya menjadi masjid tertua di Lampung dan tempat bagi masyarakat untuk belajar mengaji sejak zaman dahulu, tetapi juga menjadi markas para pejuang kemerdekaan di Lampung.
Masjid Jami Al-Anwar ini selalu menjadi tempat para pejuang kemerdekaan bersama dengan para ulama mengatur strategi perjuangan seusai shalat dan mengaji.
"Selama masa penjajahan kolonial, masjid ini sangat berperan penting. Masjid Jami Al-Anwar menjadi lokasi untuk berkumpul dan berdiskusi oleh para ulama dan masyarakat untuk menyusun strategi perjuangan," kata Rusdi. (puj/muu)