- Tangkapan layar
Momen Azizah Salsha Takziah ke Rumah Duka Ayah Pratama Arhan: Peluk Erat Ibu Surati
Jakarta, tvOnenews.com — Kabar duka datang dari keluarga pesepak bola Timnas Indonesia Pratama Arhan. Sang ayah Sutrisno bin Raji meninggal dunia pada Minggu (7/12/2025) di Blora, Jawa Tengah.
Kepergian ayahanda Arhan tidak hanya membuat keluarga terpukul, tetapi juga mengundang perhatian publik setelah mantan istri Arhan Azizah Salsha atau Zize datang melayat ke rumah duka.
Dalam sejumlah video yang beredar di TikTok, Zize terlihat hadir bersama ibunda dan adiknya. Warganet menyebut, Zize awalnya berniat menjenguk ayah Arhan di rumah sakit, namun justru menerima kabar duka sesampainya di Blora.
- Tangkapan layar
Momen mengharukan pun terekam ketika Zize memeluk erat sosok yang diduga sebagai ibunda Arhan. Kehangatan itu menunjukkan hubungan keduanya tetap terjalin baik meski Zize dan Arhan telah bercerai.
Zize yang datang bersama sang ibunda juga tampak memeluk seorang perempuan lain yang juga diyakini sebagai keluarga Arhan. Hubungan kekeluargaan mereka terlihat masih erat, tanpa jarak.
Sutrisno, Sosok Ayah Sederhana yang Membesarkan Bintang Timnas Indonesia
Sutrisno selama ini dikenal sebagai figur ayah sederhana yang tinggal di Blora, Jawa Tengah. Ia berperan besar dalam perjalanan karier Arhan hingga bisa menjadi pemain Timnas Indonesia.
Meski bukan berasal dari keluarga pesepak bola, Sutrisno sudah melihat bakat Arhan dan kakaknya Dimas Roni Saputra sejak kecil. Ia sendiri hanya bekerja sebagai petani dan buruh serabutan.
- Instagram Arhan
Hal ini juga dibenarkan oleh mantan guru SD Arhan Siti Darmini.
“Orang tuanya petani, dia orang desa,” ujar Guru SDN 3 Sidomulyo itu.
Hal senada disampaikan Kepala Sekolah SDN 3 Sidomulyo, Pak Edy.
“Orangnya sangat sederhana karena dia terlahir dari orang sederhana, bapak ibunya petani,” ucapnya.
Ibunda Arhan Surati dalam wawancara bersama InsertLive bahkan mengaku tanpa malu bahwa keluarganya berasal dari desa dengan kondisi ekonomi terbatas.
“Kami orang miskin, orang dari desa pula, pinggir hutan. Kami memang tidak punya apa-apa, kami orang miskin… anak kami minta sekolah bola itu seminggu tiga kali masuknya, dari sini ke Blora kota 12 kilo,” jelas Surati.