- Kolase tim tvOnenews
Padahal Dulunya Terhormat di Liga 1, Striker yang Pernah Main untuk Persib Bandung ini Sampai Banting Stir jadi Tukang Las, Kabarnya Sekarang...
tvOnenews.com - Marcio Souza Da Silva lahir di São João de Meriti, Rio de Janeiro, Brasil, pada 14 Januari 1980.
Karier profesionalnya merentang lintas Indonesia sejak bergabung bersama Persela Lamongan (2006–2008), Semen Padang, Deltras Sidoarjo, Arema, Persib Bandung, hingga Perseman Manokwari, dan melonjak sampai ke Terengganu di Malaysia.
Di Persela Lamongan, Marcio mencetak 41 gol dalam 66 laga, walau ada perbedaan data, banyak media Indonesia menyebut 44 gol.
Gaya selebrasinya yang meniru komedian Tukul Arwana menyita perhatian publik. Setelah itu, ia melanjutkan produktivitasnya: 9 gol untuk Semen Padang, 14 di Deltras, 8 bersama Arema, dan 7 gol selama 15 penampilan di Persib Bandung.
Statistik tersebut menegaskan bahwa Marcio adalah sosok striker komplit, bisa dari berbagai situasi, termasuk tendangan bebas dan sundulan.
Statistik di Persib Bandung
Saat bergabung di putaran kedua kompetisi Liga Indonesia musim 2011–2012 (Indonesia Super League), Marcio menggunakan nomor punggung 10, menggantikan Moses Sakyi.
Ia tampil dalam 15 pertandingan liga dan mencetak 7 gol . Torehannya menempatkannya sebagai salah satu pencetak gol terbanyak musim itu (sekitar urutan ke-15, total 15 gol gabungan Arema+Persib).
Gantung Sepatu, Pilih Jadi Tukang Las
Karier Marcio bukan tanpa cela. Ia dikenal sebagai pemain dengan temperamen tinggi yang kerap terlibat insiden, termasuk dilaporkan ke polisi saat di Deltras.
Karena itu, PT Liga Indonesia sempat melarangnya membela klub ISL pada September 2012.
Di Perseman Manokwari (IPL), Marcio dituduh terlibat pengaturan skor serta sempat menjadi korban pengeroyokan setelah pertandingan melawan Persepar Palangkaraya.
Terdapat laporan bahwa ia menunggak gaji hingga Rp 800 juta, membuatnya harus melepas mobil pribadi demi bertahan hidup. Marcio juga menerima ancaman pembunuhan dan sempat melapor ke pihak kepolisian.
Dua tahun setelah itu, Marchio ditangkap di Brasil (Juli 2016) atas dugaan pengaturan skor dalam skala besar, yang melibatkan pemain, pelatih dan agen.
Setelah diminati media Indonesia dan Brazil, Marcio kini menetap di Rio de Janeiro. Ia menjalankan dua profesi, sebagai pelatih tim remaja di sebuah klub sepak bola berbasis gereja dan sebagai tukang las.