- Freepik/wavebreakmedia_micro
Pengalaman Tak Terlupakan Pramugari saat Tidur di Hotel Tua Tanjung Pinang: Kupingku sampai Panas
Puncaknya adalah saat ia merasa sesuatu yang panas di telinganya.
“Tidur gue... udah mulai santai, rileks, udah lelap. Kuping gue panas banget sebelah sini,” katanya sambil menunjuk ke telinga kanannya. “Kuping gue panas banget, kayak giniin... hah gitu. Kayak gitu kan, panas kan.”
Suasana makin mencekam ketika tiba-tiba terdengar bisikan halus yang mengajak bermain.
“Dari panas itu, ada yang membisikkan gue. Gue dibisiki kupingnya, ‘Kak, main yuk?’” ungkap Ayu dengan ekspresi ngeri.
Ia langsung terbangun dan memutuskan menyalakan lampu tanpa peduli reaksi seniornya.
“Gue langsung bangun, dari situ gue langsung nyalain, bodo amat. Gue nyalain lampunya. Senior gue marah-marah, ‘Kamu nyalain lampu lalalalla...’ Gue diem aja, ‘Maaf mbak, saya nggak bisa tidur.’”
Keesokan harinya, Ayu menceritakan kejadian itu pada seniornya saat berada di pesawat.
Tapi ia sengaja tidak langsung cerita saat kejadian karena takut seniornya juga jadi takut.
“Pas lagi ngobrol-ngobrol di pesawat, gue ceritain. Kalau gue ceritain pas pada saat itu juga, dia takut juga entar.”
Ayu mengaku malam itu tidak bisa tidur sama sekali. Suara dan sensasi aneh yang ia rasakan terus membayang hingga keesokan harinya saat harus kembali bertugas.
“Dari situ, nggak bisa tidur. Bener-bener nggak bisa tidur sampai gue besokannya terbang. Melek, nggak bisa gue. Membayangkan suara itu dan masih terngiang-ngiang sampai sekarang.”
Cerita Ayu menunjukkan bahwa menjadi pramugari bukan hanya menghadapi turbulensi di udara, tapi juga turbulensi tak kasat mata di darat, terutama saat harus menginap di hotel tua seperti di Tanjung Pinang ini.
(anf)