- Kolase tim tvonenews.com
Masih Ingat Mbah Maridjan? Sempat Berwasiat Khusus dan Menolak Mengungsi saat Erupsi Merapi Tahun 2006, Ucapnnya Terbukti Sampai ...
Berbeda dengan Mbah Maridjan, masyarakat yang tidak memiliki tugas pemberian oleh Kraton Yogyakarta, dirinya menyarankan untuk mematuhi aturan pemerintah.
“Karena mereka tidak punya kewajiban kepada Kraton maupun kesanggupan kepada pemerintah. Yang punya kewajiban ke pemerintah ya ikut aturan pemerintah yang punya kewajiban ke Kraton ya ikut aturan Kraton,” tutur Mbah Maridjan.
Dalam pernyataannya, Mbah Maridjan meyakini erupsi tidak akan terjadi jika manusia berlaku bijak dan menjaga apa yang jadi pantangan Gunung Merapi.
Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi.
Tapi, malangnya justru manusia-lah yang dapat membuat Gunung Merapi marah apabila merusak alamnya.
Almarhum Mbah Maridjan dengan tegas mengatakan bahwa Gunung Merapi tidak akan marah, jika backhoe-backhoe tidak merusak daerah Yogyakarta.
“Terus kemudian pantangan agar Gunung Merapi tidak “marah”, itu seharusnya beckhoe-beckhoe jangan merusak daerah Jogja,” ungkapnya.
“Kalau daerah Klaten saya tidak tahu, Magelang juga tidak tahu. Kalau butuh pasir biarlah diberi pasir tapi jangan sampai jogja mengambil pasir pakai backhoe,” lanjutnya.
Pemilik nama lengkap Mas Penewu Surakso Hargo ini juga menyinggung Bupati Sleman, Bupati Klaten, Bupati Magelang dan Bupati Boyolali. Memberikan pesan tegas.
Ia meyakini pengambilan pasir berlebihan dengan menggunakan backhoe akan mengundang awan panas.
"Bupati Sleman, Bupati Klaten, Bupati Magelang, dan Bupati Boyolali, Keempatnya ini harus bisa berpikir, Kalau tidak bisa memikirkan hal itu, maka akan diberi (pasir) tapi beserta awan panas, Itu pasti!," pesan Mbah Maridjan.
“Itu namanya merusak lingkungan, seumpama keempat bupati itu. Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Tidak mau mengusir backhoe selamanya, maka akan diberi (pasir) beserta awan panas. Itu perintah Eyang Merapi!,” pungkasnya.
Setelahnya 4 tahun kemudian, gunung merapi mengamuk dengan mengalami erupsi yang cukup besar. Bahkan, letusan yang menjadi sejarah kelam masyarakat Indonesia tersebut merupakan letusan terbesar dan lebih dari letusan yang pernah terjadi pada 1872.
Letusan gunung merapi diawali suara gemuruh dari arah puncak Merapi, lalu diikuti hujan abu, pasir dan kerikil.
Diketahui, imbas erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010 itu menewaskan lebih dari 333 jiwa, termasuk Mbah Maridjan, hingga puluhan ribu orang mengungsi.