news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Lima Makanan Tradisional di Yogyakarta. (dok. IG Dinas Kebudayaan Kota Yogya).
Sumber :
  • Tim tvOne - Nuryanto

Ini Keunikan Lima Makanan Tradisional di Yogyakarta yang Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda

Penetapan warisan budaya tak benda membawa manfaat bagi banyak pihak. Tidak hanya sebagai penikmat saja namun, akan menjadi manfaat untuk pelaku usaha tersebut.
Sabtu, 27 Mei 2023 - 15:22 WIB
Reporter:
Editor :

Tidak hanya itu, makanan ini pun memiliki banyak filosofi yang menggambarkan kehidupan manusia. Diyakini pula, sajian songgo buwono dalam pesta pernikahan menggambarkan kesiapan kedua mempelai untuk mengarungi kehidupan secara mandiri.

Di dalam komponen makanan ini terdapat simbol dan makna. Pada bagian terbawah songgo buwono terdapat daun selada. Daun selada menggambarkan hamparan pepohonan dan tumbuhan hijau yang asri dan lestari.

Di atas selada terdapat kue soes yang menyiratkan bentuk bumi, di mana semua makhluk hidup lahir dan mati. Isian di dalam kue soes adalah ragut. Ragut adalah campuran dari daging, wortel, bawang bombay, dan bumbu-bumbu penyedap yang menceritakan tentang keberagaman masyarakat di dunia yang mampu berpadu dalam sebuah keselarasan.

Setelah ragut yang menceritakan keselarasan masyarakat, terdapat simbol pegunungan yang dilukiskan oleh telur ayam, dan mayonaise yang menyiratkan langit. Terakhir, sebagai pendukung, songgo buwono memiliki simbol bintang dari acar.

Dikutip dari akun instagram @kuliner_priyayi, songgo buwono konon juga menjadi penunjuk keadaan politik masa itu di Yogyakarta. Pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII kondisi kesultanan di Yogyakarta sedikit banyak dipengaruhi oleh keberadaan Belanda. Oleh sebab itu, kuliner yang disajikan pun tentu bernuansa western atau cenderung kebarat-baratan. Songgo Buwono sebagai salah satu menu yang diinisiasi oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII pun menjadi menu hasil akulturasi budaya Jawa dan Barat.

Apabila diamati lebih dalam lagi, rupanya songgo buwono tidak hanya hasil akulturasi dari gaya Jawa dan Belanda, namun ada beberapa style dari negara-negara lain. Misalnya, kue soes sendiri yang berasal dari Belanda, saus mayonais dari Perancis, serta acar ala Tiongkok juga turut menghias makanan kecil ini.

4. Kembang Waru



Roti Kembang Waru merupakan salah satu kuliner warisan kerajaan Mataram Islam. Roti ini memiliki bentuk yang cukup unik. Bulat serta memiliki delapan sisi di pinggiranya. Kedelapan sisi tersebut bukan tanpa alasan. Roti sejenis kue yang berbentuk unik ini mengandung filosofi cukup mendalam terkait pinggiran sisinya yang berjumlah delapan.

Dikutip budaya.jogjaprov.go.id, ada masa Kerajaan Mataram Islam, roti kembang waru ini selalu menjadi hidangan favorit yang selalu ada dalam setiap hajatan ataupun acara adat pada masa itu. Tidak diketahui persis siapa penemu dari jajanan khas yang saat ini cukup popular di wilayah Kotagede.

Dahulu pasar Legi Kotagede sebelum dipenuhi kios-kios seperti saat ini itu ditumbuhi pohon-pohon lebat yang cukup rindang seperti pohon beringin dan pohon gayam.

Pada masa Mataram Islam pusat pemerintahan atau ibu kotanya terletak di wilayah Kotagede ini dan terkenal dengan pohon Gayam yang tumbuh subur di sepanjang jalannya. Nah, di antara pohon-pohon gayam yang tumbuh terdapat pohon waru yang tumbuh subur dengan bunganya yang berwarna cokelat kemerahan.

Berita Terkait

1 2
3
4 5 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:05
01:59
02:45
02:14
01:33
04:47

Viral