- Antara
Fakta 'Ngeri' Cacar Monyet, dari Mana Berasal dan Cara Menanggulanginya?
Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini memutuskan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global setelah menyebar di 75 negara dan mengakibatkan setidaknya 5 orang meninggal dunia.
Direktur Jenderal WHO Thedros Adhanom Gebreyesus mencatat, hingga bulan lalu wabah tersebut setidaknya telah menjangkiti lebih dari 16 ribu kasus dari laporan 75 negara di dunia.
Menyikapi hal tersebut WHO saat ini tengah membuat serangkaian rekomendasi bagi beberapa kelompok negara dalam menanggulangi penyakit tersebut agar tidak berkembang menjadi pandemi dan segera dapat dihentikan.
Tentang Cacar Monyet
Cacar monyet atau Monkeypox merupakan penyakit infeksi yang disebabkan virus langka human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highlipatogenik atau zoonosis dari hewan ke manusia.
Virus cacar monyet pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, sedangkan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970.
Dikutip dari BBC, cacar monyet umumnya ditemukan di Afrika Tengah dan Afrika Barat, khususnya di area hutan tropis.
Di Republik Demokratik Kongo yang memiliki hutan lebat, lebih dari 1.200 kasus telah dilaporkan dalam satu tahun ini dan 57 orang meninggal -- tercacat sampai 1 Mei 2022, menurut WHO.
Penularan virus cacar monyet dapat terjadi melalui kontak erat dengan hewan atau manusia atau benda yang terkontaminasi virus. Baik melalui darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit, hingga droplet pernapasan.
Dikutip dari laman kemenkes, masa inkubasi cacar monyet adalah 6 sampai 16 hari, namun dapat mencapai 5 sampai 21 hari. Fase awal gejala yang terjadi pada 1-3 hari yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Pada fase erupsi atau fase paling infeksius akan terjadi ruam atau lesi pada kulit yang biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Secara bertahap mulai dari bintik merah seperti cacar makulopapula, lepuh berisi cairan bening (blister), lepuh berisi nanah (pustule), kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.
Upaya Pencegahan Cacar Monyet
Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) hingga saat ini melaporkan kasus cacar monyet belum ditemukan di Indonesia. Kendati demikian mereka tetap melakukan tindakan preventif terhadap penyakit tersebut.
Beberapa upaya juga telah dilakukan yakni dengan mengeluarkan Surat Edaran NOMOR: HK.02.02/C/2752/2022 Tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Monkeypox di Negara non Endemis.
Selain itu ada beberapa hal yang dapat dimulai dari diri sendiri untuk mencegah penyakit cacar monyet, antara lain:
1. Menghindari kontak langsung dengan tikus, primata, atau hewan liar lainnya yang mungkin terpapar virus (termasuk kontak dengan hewan yang mati di daerah terinfeksi).
2.Menghindari kontak dengan benda apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah disinggahi oleh hewan yang sakit.
3.Tidak makan daging hewan liar yang tidak dimasak dengan baik.
4.Menjauhkan diri atau menjaga jarak dari pasien yang terinfeksi.
5.Bagi petugas medis, disarankan untuk menggunakan masker dan sarung tangan saat menangani orang yang sakit.
6.Jika mengalami gejala demam dan ruam harap memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
7.Masyarakat diimbau mematuhi protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. (pag/ebs)