news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Ilustrasi Terobosan AI di Dunia Farmasi: Teknologi Baru Memangkas Waktu Pembuatan Obat dari 10 Tahun Jadi 2 Tahun.
Sumber :
  • Ist

Terobosan AI di Dunia Farmasi: Teknologi Baru Memangkas Waktu Pembuatan Obat dari 10 Tahun Jadi 2 Tahun 

Adopsi teknologi baru berbasis Artificial Intelligence (AI) menjadi kunci untuk mempercepat dan mengefisiensikan rantai penelitian obat modern. Inovasi teknologi
Selasa, 16 September 2025 - 18:56 WIB
Reporter:
Editor :

tvOnenews.com - Inovasi teknologi di sektor farmasi dan kesehatan kian berkembang pesat seiring meningkatnya kebutuhan global akan terapi yang lebih efektif, cepat, dan terjangkau. Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 10 juta orang setiap tahun meninggal akibat penyakit kronis yang sebenarnya dapat ditangani bila tersedia akses pengobatan tepat waktu. 

Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan mencatat pengeluaran masyarakat untuk obat-obatan mencapai lebih dari Rp60 triliun per tahun, dengan kebutuhan akan obat inovatif semakin tinggi untuk menangani penyakit degeneratif maupun langka.

Proses penemuan obat tradisional selama ini memakan waktu sangat panjang, sekitar 10–15 tahun, mulai dari tahap penelitian, uji praklinis, hingga uji klinis yang mahal dan berisiko gagal. Biaya yang dibutuhkan pun tidak sedikit, bisa mencapai ratusan miliar hingga triliunan rupiah. 

Hal ini sering menjadi hambatan besar bagi perusahaan farmasi, terutama ketika kandidat obat berakhir tidak efektif. Oleh karena itu, adopsi teknologi baru berbasis Artificial Intelligence (AI) menjadi kunci untuk mempercepat dan mengefisiensikan rantai penelitian obat modern.

Tren ini sudah terlihat di berbagai negara maju, dan kini mulai merambah kawasan Asia, termasuk Indonesia. Dengan pendekatan multiomics yang menggabungkan data genetik, biologi molekuler, hingga simulasi berbasis AI, peneliti dapat memprediksi efektivitas obat dengan akurasi tinggi bahkan sebelum masuk tahap uji klinis panjang. 

Teknologi ini bukan hanya memangkas waktu dan biaya, tetapi juga membuka peluang pemerataan akses obat inovatif ke negara berkembang.

Salah satu terobosan besar datang dari GATC Health, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, yang mengembangkan teknologi Multiomics Advanced Technology™ (MAT). Platform ini memanfaatkan AI untuk menganalisis lebih dari 400 triliun data biologis tubuh manusia hanya dalam hitungan menit.

Hasilnya, proses yang biasanya memakan waktu belasan tahun dapat dipangkas menjadi sekitar dua tahun saja. Teknologi MAT diklaim memiliki tingkat akurasi hingga 90–91% dalam memprediksi keberhasilan atau kegagalan kandidat obat. 

Validasi teknologi ini bahkan telah dilakukan melalui uji klinis double-blind bersama University of California, Irvine, dengan tingkat akurasi 86% dalam mendiagnosa serta memprediksi efektivitas obat. 

Dengan cara ini, perusahaan farmasi dapat segera mengetahui mana obat yang layak dikembangkan lebih lanjut, sekaligus menekan biaya penelitian dalam jumlah besar.

“Teknologi ini memungkinkan prediksi yang lebih cepat, aman, dan akurat, sehingga pasien bisa mendapatkan terapi yang mereka butuhkan tanpa menunggu bertahun-tahun,” mengutip GATC Health. 

Pendekatan ini juga diharapkan mendorong terciptanya lebih banyak terapi personalisasi (personalized medicine) yang sesuai dengan profil biologis tiap pasien.

Tidak hanya menghadirkan teknologi, mereka juga memperkenalkan terobosan lain berupa asuransi uji klinis (clinical trial insurance) bekerja sama dengan Lloyd’s of London dan perusahaan keuangan global.

Skema ini menjadi yang pertama di dunia, membuka akses pendanaan lebih dari USD 100 miliar untuk mempercepat inovasi farmasi. Dengan adanya perlindungan asuransi, perusahaan farmasi bisa lebih berani mengembangkan obat baru tanpa khawatir pada risiko finansial besar akibat kegagalan uji klinis.

Kolaborasi juga dilakukan dengan berbagai lembaga riset dan pemerintahan di Amerika Serikat. Misalnya, melalui program Louisiana AI Drug Development Infrastructure for ALS (LADDIA) bersama universitas lokal untuk mempercepat penemuan terapi bagi penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) yang hingga kini belum ada obatnya. 

Selain itu, mereka juga menggandeng pemerintah West Virginia untuk mengembangkan terapi bagi pecandu opioid, serta bekerja sama dengan Universitas Alabama dalam mempercepat riset obat dari tahap ide hingga siap diberikan kepada pasien.

Terobosan AI di Dunia Farmasi: Teknologi Baru Memangkas Waktu Pembuatan Obat dari 10 Tahun Jadi 2 Tahun
Sumber :
  • Ist

 

GATC membuka peluang bagi negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk mengakses lisensi teknologi MAT. Dengan populasi besar dan kebutuhan obat inovatif yang tinggi, Indonesia dapat memanfaatkan platform ini untuk mempercepat pengembangan terapi baru secara lokal. 

Proses penemuan yang biasanya memakan waktu 10 tahun dapat dipangkas menjadi hanya dua tahun, dengan tingkat akurasi tinggi terhadap keamanan dan efektivitas obat.

Lisensi teknologi ini menjanjikan masa depan di mana inovasi farmasi tidak hanya dinikmati negara maju, tetapi juga dapat menjangkau pasien di negara berkembang. 

Bagi Indonesia, hal ini berarti peluang besar untuk menekan biaya pengembangan obat, mempercepat riset penyakit prioritas nasional, dan menyediakan akses obat yang lebih terjangkau bagi masyarakat.

Dengan dukungan teknologi berbasis AI seperti MAT, dunia farmasi sedang memasuki era baru, era di mana penemuan obat tidak lagi menjadi perjalanan panjang penuh risiko, melainkan proses efisien yang memberi harapan lebih cepat bagi jutaan pasien di seluruh dunia. (udn)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:05
01:59
02:45
02:14
01:33
04:47

Viral