- Istockphoto
Bahaya Leukemia Anak: Ancaman dan Harapan, Bocah 3 Tahun dari Purwakarta Butuh Bantuan untuk Transplantasi Sumsum Tulang
tvOnenews.com - Leukemia adalah kanker darah yang paling sering menyerang anak-anak di Indonesia. Jenis akut seperti Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) dan Leukemia Myeloid Akut (AML) berkembang cepat, mengganggu produksi sel darah normal, dan bisa berakibat fatal bila terdeteksi terlambat.
Gejala awalnya seperti demam berkepanjangan, kelemahan, pucat, atau lebam kerap dianggap remeh. Padahal deteksi dini dapat menyelamatkan nyawa, karena semakin cepat tindakan medis, seperti kemoterapi atau transplantasi sumsum, dilakukan, semakin tinggi peluang kesembuhannya.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Riskesdas), ada sekitar 16.291 kasus kanker pada anak umur 0–14 tahun, dengan leukemia menjadi salah satu jenis terbanyak.
Lebih dari 50 persen kasus kanker pada anak yang datang ke fasilitas kesehatan, sudah dalam keadaan stadium lanjut. Minimnya pengetahuan orang tua tentang kanker, menjadi salah satu penyebabnya.
Sementara data IPCAR (2020–2024) menunjukkan leukemia menempati porsi besar, dengan ALL sekitar 33 % kasus, sedangkan AML mencapai sekitar 8 % dari seluruh kanker anak-anak.
Ini menggambarkan besarnya tantangan yang dihadapi sistem kesehatan, terutama mengingat banyak fasilitas belum bisa melakukan diagnosis dini secara cepat.
Perjuangan Mark Dalton, Anak 3 Tahun dari Purwakarta
Mark Dalton Fegre, bocah berusia tiga tahun asal Purwakarta, kini tengah berjuang melawan Leukemia Myeloid Akut (AML).
Ia didiagnosis awal Agustus 2025 setelah mengalami demam lama, tubuh melemah, dan muncul lebam di lutut. Pemeriksaan darah di RS Siloam Purwakarta menunjukkan leukositnya tinggi hingga 57,8 ribu, sebelum dirujuk ke RS Siloam MRCCC Semanggi. Pada 8 Agustus, hasil Bone Marrow Puncture (BMP) mengonfirmasi AML, jenis kanker darah yang sangat agresif.
Setelah menjalani tiga kali kemoterapi, kondisi Dalton semakin memburuk: sulit makan, sering mengantuk, dan hilang motivasi bermain.
Dokter mengatakan bahwa satu-satunya harapan adalah transplantasi sumsum tulang, karena kemoterapi saja hanya memberikan harapan hidup sekitar 20 %. Biaya prosedurnya sangat besar, sekitar Rp 2 miliar, belum termasuk pengeluaran tambahan seperti transfusi darah dan obat-obatan.
- Ist
Kini Dalton tinggal bersama ibunya, Agnes Affenda Putri, setelah sang ayah meninggal akibat leukemia serupa pada Mei 2023. Agnes adalah seorang perawat yang dulunya bekerja penuh waktu dan juga berjualan sandwich serta salad. Namun sejak Dalton sakit, dia harus menghentikan rutinitas demi merawat putranya.
“Dalton adalah segalanya bagi saya. Harapan saya, dia bisa sembuh, sekolah, dan menjalani kehidupan normal seperti anak-anak lain,” ungkap Agnes penuh haru.
Keluarga sudah berusaha mengumpulkan dana, tetapi sebagian besar habis untuk biaya kemoterapi. Mereka kini sangat berharap ada bantuan dari masyarakat agar Dalton bisa segera mendapatkan transplantasi yang sangat dibutuhkan. Donasi dapat disalurkan melalui laman resmi Kitabisa: https://bit.ly/KitabisabantuDalton. (udn)