- Freepik - Tangkapan layar Youtube
Anda Laki-laki dan Suka Kencing Berdiri? Mulai Sekarang Tolong Diubah, dr Cahyono Jelaskan Alasan Logisnya
tvOnenews.com - Bagi Anda kaum laki-laki dan masih suka kencing berdiri, dr Cahyono menyarankan untuk mulai sekarang diubah ke kencing jongkok agar menghindarkan dari penyakit prostat.
“Biasanya prostat terkena pada laki-laki usia di atas 60 tahun dan ternyata hasil penelitian sakitnya prostat ini ada hubungannya dengan gaya hidup yang keliru,” kata dr Cahyono.
Gaya hidup salah yang dimaksud adalah kencing berdiri, sementara Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sudah mengajarkan cara kencing dengan jongkok.
Lantas apa hubungannya kencing berdiri dengan penyakit prostat?
Seseorang dengan kebiasaan kencing berdiri sedari muda tentunya akan berpotensi menyisakan urine di dalam kandung kemihnya.
“(Sisa urin) itu berpotensi mengendap di dalam dan menjadi infeksi,” jelas dr Cahyono.
Dengan kencing jongkok kandung kemih akan dibantu tekanan dari perut dan otot-otot pinggul sehingga semua urine yang ada akan keluar sempurna.
“Singkat kata, sakitnya kita karena gaya hidup kita yang salah dan tidak sesuai apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi,” terang dr Cahyono.
Dr Cahyono: Begitu pula dengan makan berdiri
Selain kebiasaan kencing berdiri, di era modern ini kala berpesta ada istilahnya standing party atau pesta makan berdiri.
“Sementara Rasulullah sudah ngajarin makannya duduk atau bersila. Makan dengan tangan kanan, pakai jari-jari,” katanya.
Selain itu Nabi Muhammad juga mengajarkan agar garam tidak dicampur ke masakan. Sebab garam yang dipanaskan akan mengubah sifatnya menjadi tidak baik untuk tubuh.
“Jadi, kalau beliau masak itu nggak pernah garam dicampur ke makanan,” terang dr Cahyono.
“Misalnya ingin sedikit asin ya ditambahkan setelah makanan siap disantap,” imbuhnya.
Selain itu Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak pernah menggabungkan antara karbohidrat dan protein dalam sekali makan. Contohnya ketika makan daging tidak pernah menggunakan roti atau gandum.
“Jadi kalau makan daging beliau campurannya minyak zaitun dengan buah dan sayur-sayuran,” terangnya.
Daging yang dicampur dengan nasi menurut dr Cahyono menyebabkan masyarakat Indonesia yang jarang makan daging tapi memiliki tingkat serangan jantung tinggi.
“Sementara orang Arab itu kalau makan daging doyan tapi ternyata sakit jantung koroner dan stroke di negeri Arab itu rendah, dibandingkan dengan Indonesia jauh lebih banyak,” katanya.
Maka dari itu dr Cahyono mengajak agar masyarakat Indonesia tidak takut berlebihan terhadap daging karena dianggap hipertensi, kolesterol, atau stroke.
“Jangan takut sama daging kambing atau sapi. Nggak apa-apa makan sate silakan, karena yang menyebabkan kita sakit itu bukan dagingnya tapi bumbunya, santannya, garamnya yang terlalu berlebihan,” paparnya.
Selain itu dr Cahyono mengajak agar menghentikan kebiasaan makan malam yang memperberat kinerja organ tubuh saat beristirahat. (amr)