- freepik
Jarang Banyak yang Tahu, Bunda Bisa Orgasme Berkali-kali Jika Pak Su Lakukan Hal ini, Rugi Kalau Enggak Tahu...
tvOnenews.com – Mencapai orgasme adalah hal yang diidamkan semua wanita. Faktanya, wanita lebih sulit mencapai klimaks dibandingkan pria. Oleh karenanya, komunikasi antar Paksu dan Bunda sangatlah penting.
Ternyata ada titik rangsang tertentu yang dalam sekali sentuh bisa membuat wanita orgasme hingga berkali-kali. Paksu wajib tahu agar Bunda bisa puas saat berhubungan seksual.
Berdasarkan keterangan dr Boyke SpOG, 2 dari 3 wanita di Indonesia melakukan fake orgasm alias orgamse palsu demi membuat pasangan senang. Menurutnya, wanita memiliki 2 titik rangsang untuk mencapai orgasme yakni orgasme klitoral dan G-spot.
Dikutip dari Alodokter, squirt adalah semburan cairan dari vagina yang berasal dari uretra atau saluran kemih. Namun, ternyata tak banyak wanita yang benar-benar bisa mengalami ini.
Dalam video yang diunggah kanal Youtube Vindes, dr Boyke menjelaskan bahwa G-spot alias Gräfenberg spot adalah titik rangsang yang terletak di sepertiga bagian atas vagina.
“Letaknya itu adalah di sepertiga bagian atas vagina. Jam 11 dan 12 tapi itu sulit sekali kalau si pria tidak piawai,” kata dr Boyke SpOG.
Dia juga mengatakan bahwa untuk membuat istri orgasme hingga squirt harus dilakukan dengan tepat, tidak terlalu kuat atau lembek.
“Dia ketika masuk tangan, kalau terlalu lembek, si wanita itu tidak terangsang, tidak terjadi squirt. Tapi kalau terlalu kuat wanita akan kesakitan," sambungnya.
Dr Boyke lalu membuat perumpamaan untuk merangsang G-spot istri bagaikan ‘menulis di kaca berair, berembun’. Dia lalu mengajarkan cara mengusap dan merangsang G-spot agar wanita mencapai orgasme hingga squirt.
“Masuk, di sepertiga bagian atas vagina, 11 12 nah di situlah usap-usap. Nah apa yang akan terjadi? Kamu seperti mengusap ada kaya cekungan sebesar koin yang kecil,” pungkas dr Boyke.
Dia juga mengungkapkan faktanya tidak semua orang memiliki G-spot.
“Tidak semua orang punya G-spot, dr Gräfenberg mengatakan hanya 70 persen. Bahkan beberapa penelitian lainnya, itu hanya 60 persen saja,” kata dr Boyke.