- Unsplash.com/Braňo
Vaksin Covid-19 Bikin Mandul dan Bisa Ubah DNA? Begini Penjelasan Pakar
Jakarta - Di tengah upaya pemerintah menggalakkan program vaksinasi untuk menekan penyebaran virus corona, masih banyak masyarakat yang enggan melakukan vaksinasi Covid-19.
Banyak masyarakat enggan karena terpapar disinformasi terkait vaksin yang mereka dapatkan dari sosial media.
Ahli vaksin dalam bidang epidemiologi pneumokokus Dr. Katherine O’Brien menjelaskan beberapa mitos yang perlu diketahui masyarakat terkait vaksin.
Vaksin menimbulkan kemandulan?
Vaksin Covid-19 disebut akan menimbulkan risiko infertilitas atau ketidaksuburan. Gangguan tersebut berupa kemandulan bagi wanita.
Mengenai hal ini, Dr. Katherine O’Brien mengatakan bahwa vaksin yang diberikan tidak dapat menyebabkan kemandulan.
“Ini adalah rumor yang telah beredar tentang banyak vaksin yang berbeda dan rumor tersebut tidak benar. Tidak ada vaksin yang menyebabkan kemandulan,” tutur Katherine dalam sesi wawancara Episode 24 tentang Vaccine myths vs science bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mengubah DNA
Mitos yang juga ramai adalah DNA, materi genetik yang menentukan sifat dan karakteristik seseorang disebut akan berubah setelah vaksin Covid-19 masuk ke dalam tubuh.
Kate mengatakan, vaksin mengubah DNA seseorang merupakan hal yang tidak mungkin.
“Kami sudah sering mendengar rumor ini. Kami memiliki dua vaksin sekarang yang disebut sebagai vaksin mRNA, dan tidak mungkin mRNA dapat berubah menjadi DNA sel manusia kita,” imbuh Kate.
Kate juga menjelaskan bahwa mRNA merupakan sebuah instruksi tubuh untuk membuat protein. Kebanyakan vaksin dikembangkan dengan benar-benar memberikan protein atau memberikan komponen kecil dari kuman yang dicoba untuk divaksinasi.
“Dan ini adalah pendekatan baru di mana alih-alih memberikan bagian kecil itu, kami hanya memberikan instruksi kepada tubuh kita sendiri untuk membuat bagian kecil tersebut dan kemudian sistem kekebalan alami kita meresponsnya,” jelas Kate.
Terdapat bahan kimia yang membahayakan
Mitos lain yang juga cukup heboh sehingga efektif membuat sebagian masyarakat enggan melakukan vaksinasi adalah kabar mengenai komposisi vaksin yang di dalamnya terdapat bahan kimia. Bahan tersebut diyakini membahayakan orang yang mendapat vaksin.
Dr. Katherine menegaskan, hal tersebut merupakan mitos besar. Vaksin yang disuntikkan sudah dipastikan aman. Semua komponen yang masuk ke dalam vaksin diuji secara khusus untuk memastikan bahwa semua bahan dan komponen, termasuk dosisnya aman untuk manusia.
Menurut Kate, keamanan merupakan bagian terpenting dalam uji klinis. Vaksin memang mengandung sejumlah elemen yang berbeda dan masing-masing telah diuji.
Sebelum diujikan kepada manusia, vaksin disuntikkan pada hewan untuk melihat apabila ada masalah. Setelah itu, terakhir vaksin akan diujikan ke sekelompok partisipan sebelum digunakan oleh masyarakat.
Tiga mitos di atas cukup membuat heboh di masyarakat. Padahal, vaksinasi dilakukan sebagai salah satu upaya dalam rangka mengatasi pandemi akibat virus Covid-19.(awy/act)