- tvOne - rohmadi
Tenun Indonesia Kian Mendunia: Dari Warisan Budaya Jadi Kekuatan Ekonomi Kreatif Daerah
Jakarta, tvOnenews.com – Tenun telah lama menjadi bagian penting dari identitas budaya Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas corak, teknik, dan filosofi yang diwariskan turun-temurun, menjadikan tenun bukan sekadar kain, tetapi juga simbol nilai, sejarah, dan kreativitas bangsa.
Kini, kerajinan tenun tidak hanya bertahan sebagai warisan budaya, namun juga berkembang menjadi pendorong ekonomi kreatif di berbagai daerah.
Sejarah panjang tenun di Nusantara membentang sejak masa kerajaan-kerajaan kuno, ketika kain tenun menjadi lambang status sosial dan persembahan kepada raja atau tokoh adat.
Seiring waktu, keterampilan menenun berkembang pesat di berbagai wilayah seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Sumatra. Setiap wilayah memiliki pola dan warna khas yang merefleksikan identitas lokal dan filosofi kehidupan masyarakatnya.
Dalam dua dekade terakhir, tenun Indonesia mulai dikenal luas di pasar global. Berbagai kerja sama lintas sektor – baik dengan institusi pendidikan, pemerintah daerah, maupun mitra internasional – turut membuka jalan bagi ekspor produk tenun ke luar negeri.
Di sisi lain, di tingkat lokal, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat terus diperkuat agar para perajin mampu bersaing melalui desain inovatif dan strategi pemasaran modern.
Program pelatihan dan kolaborasi lintas institusi kini menjadi motor penggerak bagi pengembangan kapasitas masyarakat, terutama di sektor kerajinan tenun ikat.
Melalui pendekatan berbasis potensi daerah, banyak desa mulai memanfaatkan kekayaan budaya lokal sebagai sumber ekonomi kreatif yang berkelanjutan. BUMDes pun ikut berperan sebagai lembaga penggerak ekonomi desa, memastikan agar hasil karya perajin dapat bernilai tambah dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Salah satu contoh nyata inisiatif ini terlihat di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan program pengabdian masyarakat di Desa Adobala, Flores Timur, kemudian melanjutkan audiensi strategis di Kupang bersama Universitas Nusa Cendana (UNDANA) dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT.
Ketua tim program, Sonny Rustiadi, Ph.D., menjelaskan, “Kami mengembangkan modul pembelajaran yang bisa diterapkan langsung, seperti inovasi desain produk tenun dan penguatan kelembagaan BUMDes. Model ini diharapkan bisa direplikasi di daerah lain.”
Dekan FEB UNDANA, Dr. Apriana H. J. Fanggidae, menilai kolaborasi ini sejalan dengan komitmen universitas untuk mendukung kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan karya tenun bernilai budaya dan ekonomi tinggi.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT, Dr. Zeth Sony Libing, menyoroti pentingnya pemasaran. “Pemasaran masih menjadi tantangan utama. Program seperti ini diharapkan mampu mendorong semangat produksi dan meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya.
Anggota tim ITB, Zartikazahra Nurulfiqri, MBA, menambahkan pihaknya siap melanjutkan kolaborasi dalam riset dan pelatihan berbasis potensi lokal, sedangkan Zulfikar Rifan Maulana, MBA, menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor. “Keberlanjutan hanya bisa dicapai jika akademisi, pemerintah, dan industri berjalan bersama,” katanya.
Melalui kolaborasi ini, tenun Indonesia tidak hanya lestari sebagai warisan budaya, tetapi juga menjadi kekuatan ekonomi kreatif yang mengangkat kesejahteraan masyarakat daerah. (nsp)