- Tim tvOne - Abdul Rohim
Mengolah Limbah Tongkol Jagung Menjadi Kerajinan Unik Bernilai Jual Tinggi
Pati, Jawa Tengah - Ide kreatif tidak harus berasal dari barang yang mahal. Itulah yang telah dibuktikan oleh Ranu Adi (50), warga Desa Sarirejo Gang 2, Kecamatan Pati Kota, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Limbah bonggol atau tongkol jagung sisa hasil panen yang berserakan disekitar rumah dan biasanya hanya digunakan untuk kayu bakar, di tangan Ranu dapat diolah menjadi berbagai kerajinan unik dan bernilai jual tinggi.
Lewat tangan kreatifnya, bonggol jagung yang banyak dibuang para petani di sekitar rumahnya, kini berhasil disulap menjadi berbagai kerajinan, seperti piring makan, tisu, lampu hias, gelang, pigura poto dan lukisan, serta bolpoin
Misalnya untuk membuat satu piring makan berbahan bonggol jagung, Ranu Adi mengaku memerlukan waktu sekitar satu hingga satu setengah jam. Dalam satu hari, Ranu bisa membuat enam piring makan berbahan bonggol jagung.
“Satu hari bisa membuat sekitar setengah lusin. Prosesnya lumayan lama, karena harus merangkai satu satu, kita lem satu satu dan beri pelapis agar kuat kalau jatuh nggak pecah, Ujar Ranu Adi.
Ranu Adi mengatakan, ide membuat kerajinan dari bahan limbah bonggol jagung ini berawal saat dirinya melihat banyaknya limbah bonggol jagung sisa hasil panen yang berserakan disekitar rumah dan hanya digunakan untuk kayu bakar. Setelah mencoba merangkainya, akhirnya terciptalah kerajinan piring makan yang unik ini.
“Umumnya kerajinan piring itu kan terbuat dari rotan atau lidi, kemudian saya coba membuat dari bonggol jagung karena disini banyak limbah bonggol jagung yang tidak dimanfaatkan. Saya coba merangkai kok bagus dan bisa kuat,” ucapnya.
Proses pembuatannya, pertama bonggol atau tongkol jagung dipilih yang agak besar agar punya tulang yang bagus. Setelah dilakukan pemilihan bonggol jagung, kemudian dihaluskan sehingga terlihat tekstur bonggol jagung yang bagus.
Setelah itu, bonggol jagung yang sudah halus kemudian dipotongi kecil kecil. Potongan bonggol jagung tersebut selanjutnya dirangkai ditempelkan satu persatu dengan lem kayu, hingga terbentuk menjadi piring makan.
Agar kuat dan tidak mudah patah saat jatuh, rangkaian bonggol jagung yang sudah membentuk piring makan tersebut dilapisi lem kayu agar kuat.
Setelah kering, lem yang terlihat menempel di piring makan berbahan limbah bonggol jagung tersebut diamplas hingga halus dan tidak terlihat lemnya.
Untuk mempercantik tampilan dan agar kelihatan mengkilap, piring makan dari limbah bonggol jagung disemprot cat melamin. Setelah dikeringkan beberapa menit, piring makan berbahan limbah bonggol jagung siap untuk dipasarkan.
Kerajinan piring makan berbahan limbah bonggol jagung ini tidak hanya diminati pemilik rumah makan dan kafe di lokal pati saja, namun juga hingga luar kota, seperti Semarang, Jogjakarta, Solo, Surabaya dan Jakarta. Produk kerajinan limbah bonggol jagung tersebut dipasarkan Ranu melalui media sosial.
“Ini peminatnya lumayan banyak karena produk baru, biasanya dipasarkan di rumah makan rumah makan untuk masakan tradisional dan buat tampilan baru,” kata Ranu.
Ranu menjual aneka kerajinan berbahan limbah bonggol jagung tersebut dari harga Rp20 ribu hingga Rp500 ribu, tergantung bentuk, ukuran dan tingkat kesulitan. Dalam sebulan, ranu mampu menjual ratusan produk kerajinan berbahan limbah bonggol jagung. (Abdul Rohim/Buz)