Ilustrasi: Seorang mengenakan masker melintas di depan layar elektronik pergerakan pasar saham Asia, di Tokyo, Jepang.
Sumber :
  • ANTARA

Meski Dibayang-bayangi Ancaman Risiko Resesi, Saham Asia Tetap Berakhir Menguat,

Kamis, 7 Juli 2022 - 16:27 WIB

Singapura/Tokyo - Saham-saham Asia berhasil naik bertahap dan berakhir lebih tinggi pada Kamis, (7/7/2022), ketika para investor bergulat dengan risiko resesi dan potensi jeda dalam kenaikan suku bunga, sementara euro diperdagangkan pada level terendah dua tahun dan minyak mulai memulihkan kerugian semalam.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis dari level terendah dua bulan dan telah naik 1,02 persen pada sore hari. Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 1,47 persen, Indeks ASX 200 Australia berakhir terangkat 0,81 persen, dan indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,26 persen.

Indeks KOSPI Korea Selatan ditutup meningkat 1,84 persen, hari terbaiknya dalam hampir dua minggu, dengan Samsung Electronics menjadi salah satu penggerak terbesar setelah melaporkan panduan pendapatan yang menyatakan rebound untuk bisnis chip-nya.

Sementara itu, indeks saham unggulan China CSI300 berakhir menguat 0,44 persen, dan indeks komposit Shanghai terdongkrak 0,27 persen.

Dolar Australia dan Selandia Baru terkerek dari posisi terendah dua tahun, masing-masing naik 0,51 persen dan 0,54 persen.

FTSE berjangka naik 1,16 persen dan Euro STOXX berjangka naik 1,17 persen menjelang pembukaan pasar Eropa. S&P 500 berjangka juga naik 0,31 persen.

Indeks S&P 500 telah naik 0,4 persen pada penutupan pada Rabu (6/7/2022) dan obligasi pemerintah turun karena para pedagang bereaksi terhadap data ekonomi AS yang umumnya positif, yang menunjukkan lowongan pekerjaan solid, dan risalah hawkish dari pertemuan Federal Reserve Juni.

Imbal hasil acuan obligasi Pemerintah AS 10-tahun terakhir di 2,917 persen, setelah jatuh dari tertinggi lebih dari 11-tahun di 3,498 persen pada 14 Juni.

"Kebetulan dari data pasar kerja yang cukup panas dan jasa-jasa dari ISM yang jauh lebih tangguh ... lebih lanjut mendukung poin bahwa Fed tidak mungkin menurunkan kecepatan dan intensitas pengetatan," kata Ekonom Mizuho Vishnu Varathan.

Data AS menunjukkan lowongan pekerjaan lebih tinggi dari yang diharapkan dan sektor jasa bertahan. Titik data besar berikutnya datang pada Jumat (8/7/2022) ketika angka pasar tenaga kerja yang lebih luas dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keadaan ekonomi terbesar di dunia.

"Ujian lakmus berikutnya untuk arah imbal hasil ... akan menjadi pidato Bullard dan Waller - yang harus menjelaskan lebih banyak pemikiran tentang kubu hawkish dalam (Fed)," kata Ahli Strategi Suku Bunga NatWest Markets, Jan Nevruzi.

"Apakah mereka condong ke ketakutan resesi atau terus menekan bahwa Fed harus berjalan di atas netral secepat mungkin dan menahan inflasi tidak peduli mengorbankan pertumbuhan?"

Presiden Fed St Louis, James Bullard, dan Gubernur Fed Christopher Waller, keduanya akan berbicara pada pukul 17.00 GMT.

Pengetatan suku bunga global yang terlihat selama beberapa bulan terakhir, dipimpin oleh The Fed, telah memicu kekhawatiran resesi dan merugikan komoditas yang sensitif terhadap pertumbuhan seperti tembaga, minyak dan bijih besi. Euro juga terpukul karena investor melihat Eropa sebagai titik nol untuk perlambatan global.

Minyak mentah berjangka Brent turun di bawah 100 dolar AS per barel di awal sesi Asia tetapi pulih dan terakhir di 100,88 dolar AS, turun hampir 10 persen sejauh minggu ini. Tembaga di Shanghai stabil tetapi telah kehilangan 20 persen dalam sebulan.

Sementara itu, euro dengan cepat mendekati paritas dolar dan telah menukik lebih dari 2,0 persen sejauh minggu ini, menyentuh level terendah sejak 2002 di 1,0162 dolar dan stabil di 1,0211 dolar pada Kamis sore.

Inflasi Eropa berjalan pada tingkat rekor dan melonjaknya harga energi menunjukkan tekanan ke atas pada harga konsumen akan tetap kaku untuk sementara waktu lebih lama. Mencerminkan kekhawatiran tentang umur panjang pasokan gas Rusia ke barat, patokan harga gas Belanda telah naik dua kali lipat sejak pertengahan Juni.

Harga listrik Jerman tahun depan mencapai rekor semalam.

"Ini bukan hanya masalah resesi, ini pertanyaan tentang seberapa suram keadaan di Eropa," kata Kepala Penelitian Pepperstone, Chris Weston, di Melbourne. "Semua pelaku pasar yang mengikuti tren baru menumpuk posisi jual euro."

Sterling telah sedikit pulih, naik 0,18 persen pada Kamis setelah jatuh ke level terendah lebih dari dua tahun di awal minggu. Pemerintah Inggris berada dalam posisi genting setelah lusinan menteri mengundurkan diri sebagai protes terhadap kepemimpinan PM Boris Johnson, tetapi pasar tidak melihat banyak perubahan jika dia berhenti.

"Salah satu alasan sterling tidak bernasib terlalu buruk adalah pandangan bahwa pemerintah dan kanselir Tory yang baru akan mempercepat pelonggaran fiskal," kata Kepala Valas National Australia Bank, Ray Attrill. Dia menambahkan  nada hawkish dari bank sentral juga memberikan dukungan. (ant/ito)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:50
03:27
02:06
03:04
03:16
05:48
Viral