news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Ilustrasi saham..
Sumber :
  • Antara

Mengejutkan! Saham Grup Bakrie Meledak Ratusan Persen Sepanjang 2025, Investor Berebut Meski Banyak Masih di Harga Gocap

Saham Grup Bakrie melonjak ratusan persen sepanjang 2025. BUMI, BRMS, hingga ENRG diborong investor asing di tengah sentimen MSCI, komoditas, dan aksi korporasi.
Jumat, 14 November 2025 - 14:41 WIB
Reporter:
Editor :

Jakarta, tvOnenews.com – Pasar modal Tanah Air kembali diguncang kejutan besar sepanjang 2025. Saham-saham Grup Bakrie, yang pernah menjadi legenda sekaligus simbol kejatuhan pasar pada 2008, kini justru kembali meroket. Lonjakan harga yang terjadi pada hampir seluruh emiten grup tersebut membuat investor bertanya-tanya: apakah ini kebangkitan baru konglomerasi lawas asal Lampung itu?

Sebagai pengingat, pada 2008 tujuh saham Grup Bakrie yang dijuluki “Seven Samurai” sempat menjadi motor penggerak IHSG sebelum tersandung krisis utang global. Repo saham untuk menutupi ganti rugi lumpur Lapindo ikut menyeret harga anjlok hingga belum pulih seperti posisi sebelum krisis. Emiten legendaris itu antara lain: BUMI, ENRG, DEWA, BRMS, BNBR, ELTY, dan BTEL.

Hampir dua dekade kemudian, peta bisnis Bakrie berubah. Barisan emiten barunya kini mencakup ALII, VIVA, MDIA, UNSP, VKTR hingga JGLE. Meski BTEL telah delisting, kinerja harga saham grup ini justru menanjak agresif sepanjang tahun kalender (ytd).

Melonjak Ratusan Persen, Kapitalisasi Melesat Meski Kinerja Fundamental Campuran

Lonjakan harga paling menonjol terjadi pada BUMI, saham batu bara andalan Bakrie. Dalam perdagangan kemarin, BUMI terbang 16,67%, dan secara year-to-date telah memberikan capital gain 82,11%. Ironisnya, pertumbuhan harga terjadi di tengah penurunan kinerja keuangan BUMI sebesar 76,1% yoy per September 2025.

Entitas anak, BRMS, juga tak kalah panas. Saham tambang emas dan mineral itu naik 2,55% kemarin, namun secara ytd telah menorehkan lonjakan spektakuler 150%. BRMS kini juga memiliki dukungan raksasa baru: kemitraan strategis dengan Salim Group.

Emiten tambang migas ENRG pun mencatat kenaikan luar biasa. Ditutup di Rp910, saham ini sudah melonjak 276% ytd, menjadi salah satu saham paling agresif di sektor energi.

Deretan emiten Bakrie lain juga mencetak capital gain jumbo:

  • DEWA: 264,41%

  • BNBR: 56,25%

  • ELTY: 118,18%

  • ALII: 81,94%

  • VIVA: 357,14%

  • UNSP: 109,68%

  • VKTR: 228,68%

  • MDIA: 218,18%

Di sisi lain, sebagian saham grup ini masih berstatus Full Call Auction (FCA) dan diperdagangkan di bawah Rp50 seperti VIVA, MDIA, ELTY, dan BNBR. Meski begitu, minat investor retail dan asing tetap tinggi.

Sentimen Penggerak: Indeks Bergengsi, Rebalancing MSCI, hingga Lonjakan Komoditas

Kenaikan tajam saham-saham Bakrie tak lepas dari kombinasi sentimen positif.

Pertama, BRMS resmi masuk MSCI Global Standard Indexes bersama BREN. Pengumuman MSCI pada 5 November 2025 langsung mendongkrak minat investor asing.

Kedua, BUMI masuk tiga indeks bergengsi BEI: LQ45, IDX80, dan Bisnis-27 periode 3 November 2025–30 Januari 2026. Likuiditas tinggi membuat BUMI semakin mudah diborong investor institusi.

Ketiga, BUMI memperkuat ekspansi bisnis lewat akuisisi 45% saham PT Laman Mining senilai US$59,1 juta. Perusahaan ini bergerak di tambang bauksit—komoditas yang tengah naik daun. BUMI juga telah mengakuisisi 100% saham Wolfram Limited di Australia, meningkatkan eksposur pada emas dan tembaga.

Pada pekan lalu, momentum rebalancing MSCI memicu banjir inflow asing, terutama ke saham komoditas. BRMS menjadi salah satu incaran investor besar, meski BBCA tetap menjadi favorit utama.

Investor Asing Masuk Deras, Ditopang Sentimen Global dan Domestik

Head of Research KISI Sekuritas, Muhammad Wafi, menilai aliran dana asing ke Indonesia dipengaruhi ekspektasi The Fed melonggarkan kebijakan pada 2026, stabilitas rupiah, surplus neraca dagang, serta valuasi bank-bank besar yang sudah murah secara regional.

Associate Director Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus, juga menyebut pemangkasan suku bunga The Fed dan BI menjadi katalis kuat, diikuti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di atas 5%.

Nico menilai momentum rebalancing dan window dressing akhir tahun akan mendorong investor asing masuk lebih agresif, termasuk ke saham-saham Grup Bakrie yang memiliki potensi valuasi masa depan. (nsp)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:05
01:59
02:45
02:14
01:33
04:47

Viral