- ANTARA
Diminta Putar Dana Rp25 Triliun, BTN Beberkan Strategi Penyerapan: Desember Sudah Habis
Jakarta, tvOnenews.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) yakin tambahan likuiditas Rp25 triliun yang ditempatkan pemerintah akan habis terserap hingga akhir tahun 2025.
Pasalnya, BTN percaya bahwa permintaan kredit masih kuat, khususnya di sektor perumahan yang menjadi fokus utama perseroan.
Manajemen BTN memastikan, penyaluran dana itu akan dikelola secara optimal melalui strategi pembiayaan yang sudah disiapkan.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menyampaikan apresiasi terhadap langkah pemerintah yang dinilai tepat sasaran.
Menurutnya, dukungan likuiditas tersebut menggeser peta persaingan bank dari sekadar mencari pendanaan menjadi upaya memperluas penyaluran kredit.
“Langkah pemerintah ini telah memindahkan persaingan di likuiditas menjadi persaingan di kredit, karena dengan adanya tambahan dana Rp25 triliun, likuiditas tidak menjadi masalah lagi bagi BTN, setidaknya dalam waktu 6 bulan. Saya perkirakan Desember (tahun ini) sudah habis terserap,” kata Nixon di Jakarta, dikutip Minggu (21/9/2025).
Perhitungan BTN menunjukkan, rata-rata penyaluran kredit per bulan mencapai Rp6–7 triliun. Jumlah itu mencakup pembiayaan perumahan dalam ekosistem yang luas, serta kredit non-perumahan yang kini turut menjadi penggerak portofolio BTN.
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menyalurkan Rp200 triliun ke lima bank pelat merah, dengan alokasi Rp25 triliun khusus untuk BTN. Dana ini ditujukan bagi pembiayaan sektor riil dan berlaku selama enam bulan, namun berpotensi diperpanjang sesuai kebutuhan.
Nixon menuturkan, kebijakan ini mirip dengan skema Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada masa pandemi COVID-19. Saat itu, BTN menerima penempatan dana Rp10 triliun yang berhasil disalurkan ke kredit produktif, sehingga membantu pemulihan ekonomi nasional dan kemudian dikembalikan ke kas negara dalam dua tahun.
Dalam situasi sekarang, ia menilai dana Rp25 triliun sangat strategis untuk mempercepat realisasi pipeline kredit BTN yang nilainya sudah di atas Rp30 triliun.
“Demand-nya justru sangat ada di BTN, pipeline (kredit) di kami sebenarnya Rp30 triliun lebih. Dengan adanya tambahan likuiditas ini, masalahnya sudah selesai dan yang sudah ada di pipeline jadinya cepat diberi keputusan agar tidak pindah ke bank lain,” jelas Nixon.
Lebih jauh, tambahan dana segar ini juga membantu BTN menekan biaya dana (cost of fund). Terlebih, sejak tahun lalu Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate).
Sebagai tindak lanjut, BTN segera memangkas bunga deposito special rate setelah menerima dana pemerintah.
“Waktu Jumat (12/9) diputuskan oleh pemerintah, Senin (15/9) kami memutuskan untuk menurunkan bunga special rate deposito 50 bps. Dana Rp25 triliun membantu BTN menurunkan suku bunga dana mahal dan kami akan memastikan special rate akan terus turun hingga akhir tahun,” ujar Nixon.
Menurutnya, efisiensi tersebut akan berdampak langsung pada profitabilitas BTN. Penurunan cost of fund akan memperkuat margin bunga bersih (NIM), yang pada semester I 2025 sudah naik 139 basis poin menjadi 4,4 persen. (ant/rpi)