- ANTARA
Harga Minyak Terbang, Dunia Dag-Dig-Dug! Serangan AS ke Iran Guncang Pasar Global
Jakarta, tvOnenews.com – Dunia dibuat terkejut. Amerika Serikat melancarkan serangan militer besar-besaran ke fasilitas nuklir Iran. Presiden AS Donald Trump menyebutnya sebagai "keberhasilan militer yang spektakuler", mengklaim bahwa situs pengayaan uranium milik Iran telah "dihancurkan total". Namun di balik euforia itu, pasar global mulai gemetar—dan harga minyak terbang tinggi.
Reaksi spontan investor tak bisa dihindari. Ketegangan yang melibatkan tiga kekuatan besar—AS, Iran, dan Israel—membuat pasar global menghadapi ancaman nyata. Ketika Iran memperingatkan akan "konsekuensi abadi", harga minyak global langsung naik dan investor memburu aset safe haven seperti dolar dan obligasi AS.
“Pasar akan panik di awal. Harga minyak kemungkinan melonjak,” kata Mark Spindel, CIO Potomac River Capital melansir dari Reuters.
“Meski Trump menyebut ini sudah selesai, pada kenyataannya kita sedang memasuki wilayah berbahaya.” tambahnya.
Lonjakan Minyak, Ancaman Inflasi
Harga minyak mentah Brent telah naik hampir 18% sejak 10 Juni, menembus level tertinggi lima bulan terakhir di $79,04. Jika Iran memutuskan membalas dengan menyerang infrastruktur minyak AS di Timur Tengah atau memblokir Selat Hormuz—jalur ekspor vital bagi Arab Saudi, UEA, Irak, dan Kuwait—harga minyak bisa tembus $100 per barel.
“Respons Iran bisa sangat menentukan. Bila mereka bertindak sesuai ancaman sebelumnya, kita menuju $100 oil,” ujar Saul Kavonic, analis energi di MST Marquee.
Lonjakan harga minyak ini diprediksi memicu inflasi global dan mempersempit peluang bank sentral untuk menurunkan suku bunga. Dalam jangka pendek, konsumen dan pelaku industri akan menanggung beban berat.
Pasar Saham dan Mata Uang Terombang-ambing
Menariknya, sebagian bursa Timur Tengah yang buka pada hari Minggu—seperti di Qatar, Kuwait, dan Arab Saudi—justru tidak menunjukkan gejolak besar. Indeks utama di Tel Aviv bahkan mencetak rekor tertinggi.
Namun para analis sepakat, badai bisa datang saat pasar utama dunia dibuka.
Di sisi lain, nilai dolar AS bisa menguat karena aksi "flight to safety". Namun ada juga ketidakpastian karena pasar sedang sangat sensitif terhadap risiko inflasi.
“Apakah kita akan lihat pelarian ke aset aman? Kalau ya, itu bisa bikin imbal hasil turun dan dolar menguat,” kata Steve Sosnick dari IBKR.
Efek Domino: Dari Kripto hingga Bursa Saham Dunia
Sentimen investor ritel juga terpukul. Harga Ether, kripto terbesar kedua, anjlok 8,5% hanya dalam sehari, dan sudah turun 13% sejak Israel melancarkan serangan awal ke Iran pada 13 Juni.
Namun sejarah membuktikan: dampak ke pasar saham bisa bersifat sementara. Data dari Wedbush Securities menunjukkan bahwa indeks S&P 500 rata-rata naik 2,3% dalam dua bulan setelah konflik besar Timur Tengah, meski sempat turun tipis di tiga minggu pertama.
Arah Selanjutnya: Damai atau Kiamat Ekonomi?
Beberapa ekonom memprediksi bahwa kekalahan strategis Iran bisa memaksa negara itu menerima kesepakatan damai dengan AS dan Israel.
“Dengan penghancuran total fasilitas nuklirnya, Iran kehilangan daya tawar. Mereka bisa saja menekan tombol damai,” kata Jamie Cox dari Harris Financial Group.
Tapi jika sebaliknya, dan Iran justru memilih eskalasi, dunia bisa bersiap menghadapi gejolak ekonomi yang lebih dalam—dari inflasi, krisis energi, hingga potensi resesi global. (reu/nsp)