- Antara
Harga Cabai Anjlok, Mei 2025 Malah Cetak Deflasi! Ini Daftar Biang Keroknya
Jakarta, tvOnenews.com – Sinyal pelonggaran tekanan harga mulai terasa. Badan Pusat Statistik (BPS) resmi mencatat Indonesia mengalami deflasi 0,37 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei 2025, dipicu normalisasi harga pangan usai Ramadan dan Idul Fitri.
Penyumbang terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencetak deflasi tajam 1,40 persen dan menyumbang andil 0,41 persen terhadap deflasi umum.
“Komoditas seperti cabai merah dan cabai rawit masing-masing memberikan andil 0,12 persen terhadap deflasi bulan ini,” ungkap Pudji Ismartini, Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/6/2025).
Komoditas lain yang ikut meredam laju harga adalah bawang merah (0,09%), ikan segar (0,05%), bawang putih (0,04%), serta daging ayam ras, kentang, dan wortel yang masing-masing menyumbang 0,01 persen.
Volatile Food Turun Tajam, Beras Masih Bertahan
Khusus komponen harga bergejolak (volatile food) tercatat mengalami deflasi 2,48 persen, konsisten dengan pola musiman pasca-Lebaran. Ini memberikan andil deflasi cukup signifikan sebesar 0,41 persen.
Namun, tidak semua harga pangan ikut surut. Komoditas beras, ketimun, dan kopi bubuk justru mengalami kenaikan moderat dan masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01 persen. Hal ini mengonfirmasi analisis Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede yang menyebut bahwa komoditas pangan utama akan cenderung stabil dengan inflasi terbatas.
Tarif Transportasi Turun, Harga Emas Naik
Sementara itu, komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) juga turut mengalami deflasi 0,02 persen. Penurunan tarif angkutan antarkota dan harga bensin berkontribusi tipis, masing-masing menyumbang 0,01 persen terhadap deflasi umum.
Di sisi lain, komponen inflasi inti (core inflation) tetap mengalami kenaikan 0,08 persen, mencerminkan dinamika daya beli dan ekspektasi konsumen jangka menengah. Penyumbang utamanya adalah tarif pulsa ponsel, perhiasan emas, dan kopi bubuk.
“Deflasi ini sejalan dengan tren historis sejak 2024, di mana Mei bukan lagi periode tekanan inflasi seperti 2021 hingga 2023 yang bertepatan dengan Lebaran,” tambah Pudji.
Ekonomi Stabil, Tapi Tetap Waspada
Deflasi ini bisa menjadi kabar baik bagi daya beli masyarakat, namun pemerintah dan pelaku usaha perlu waspada terhadap fluktuasi harga pangan ke depan, terutama menjelang masa tanam dan panen raya yang tak selalu stabil.