news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Gedung Danantara..
Sumber :
  • tvOnenews/Julio Tri Saputra

Luhut Tawarkan Pembentukan Sovereign Wealth Fund Gabungan antara Indonesia dan China Lewat Danantara

Luhut promosikan Danantara dalam kunjungan ke China, usulkan joint sovereign wealth fund senilai miliaran dolar AS untuk proyek strategis lintas negara.
Jumat, 23 Mei 2025 - 09:00 WIB
Reporter:
Editor :

Beijing, tvOnenews.com — Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan kerja ke China dan menawarkan kerja sama strategis antar-lembaga pengelola kekayaan negara. Fokus utama: promosi dan penguatan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara, atau Danantara.

Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi di Beijing, Luhut menyampaikan bahwa Danantara merupakan konsolidasi aset BUMN Indonesia yang dikelola secara profesional dan transparan.

“Danantara ini konsolidasi dari semua aset BUMN kita. Jadi kita buat lebih transparan, lebih profesional,” kata Luhut kepada ANTARA, Kamis (22/5).

Usulan Sovereign Wealth Fund Gabungan

Salah satu ide utama yang dibawa Luhut adalah pembentukan joint sovereign wealth fund antara Indonesia dan China.

“Saya sampaikan ke Menlu Wang Yi, kenapa tidak kita buat joint sovereign wealth fund untuk satu tujuan? Misalnya, Danantara mengalokasikan 1 miliar dolar AS dan pihak China 1 miliar dolar AS. Sepertinya akan berjalan,” ujarnya optimis.

Skala dan Fokus Investasi Danantara

  • Total aset yang dikelola Danantara mencapai 900 miliar dolar AS (sekitar Rp14.000 triliun).

  • Pendanaan awal mencapai 20 miliar dolar AS (Rp326 triliun).

  • Fokus investasi mencakup:

    • Hilirisasi mineral strategis seperti nikel, bauksit, dan tembaga

    • Pembangunan pusat data dan teknologi kecerdasan buatan (AI)

    • Proyek energi terbarukan

    • Infrastruktur kilang minyak dan petrokimia

    • Produksi pangan dan protein

Luhut menekankan pentingnya kerja sama lintas negara, bahkan mengusulkan kerja sama terbuka yang juga melibatkan AS dan UEA dalam ekosistem investasi hijau dan mineral strategis.

“China juga bisa gabung dengan kita untuk suplai critical mineral, dan kita ajak juga Amerika dan Abu Dhabi. Kenapa harus bertengkar?” ujar Luhut.

Delegasi Indonesia dan Pertemuan Strategis

Luhut tak sendiri. Dalam kunjungan ke Beijing (20–22 Mei), ia didampingi Wakil Ketua DEN Mari Elka Pangestu, Direktur Eksekutif DEN Mochammad Firman Hidayat, Wamenkeu Thomas Djiwandono, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Todotua Pasaribu, serta CIO Danantara Pandu Sjahrir.

Delegasi Indonesia menggelar pertemuan strategis dengan sejumlah lembaga kunci China:

  • China Investment Corporation (CIC) – pengelola dana kekayaan negara

  • Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC)

  • Bank of China (BOC)

  • Industrial and Commercial Bank of China (ICBC)

  • State Development and Investment Corporation (SDIC)

Kerja Sama Ekonomi Hijau dan Teknologi CCS/CCUS

Selain fokus investasi, diskusi juga mencakup isu lingkungan, khususnya teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilisation and Storage (CCUS). Teknologi ini penting untuk mencapai target emisi karbon global 2050.

“Carbon capture storage kita punya 600 giga ton. Jadi kita bikin kerja samanya, dimasukkan ke bawah tanah sehingga bisa green. Semua target emisi karbon 2050 bisa juga kita capai,” ujar Luhut.

Catatan Strategis

Luhut menyoroti efektivitas tata kelola di China yang menurutnya kompak dan terkoordinasi. Ia menekankan bahwa Indonesia juga perlu mempercepat implementasi kebijakan, terlebih dengan kepemimpinan Presiden Prabowo yang menurutnya “jelas dan tegas”.

“Tinggal sekarang pembantunya harus cepat melakukan implementasinya,” pungkas Luhut. (nsp)

Berita Terkait

Topik Terkait

Saksikan Juga

00:57
01:35
01:23
02:19
03:49
15:06

Viral