- Bumi Resources
Pendapatan BUMI Terkoreksi di Kuartal I-2025, Laba Bersih Turun 58,7 Persen Akibat Harga Batu Bara Jatuh
Jakarta, tvOnenews.com - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatat penurunan kinerja keuangan pada kuartal pertama 2025.
Emiten batu bara milik Grup Bakrie itu membukukan pendapatan sebesar US$1,17 miliar atau turun 18,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar US$17,9 juta, anjlok 73,6 persen dari US$67,6 juta pada kuartal I-2024.
Total laba bersih perusahaan juga turun signifikan sebesar 58,7 persen menjadi US$38,3 juta dari sebelumnya US$92,9 juta.
Penurunan kinerja ini disebabkan oleh turunnya volume penjualan dan harga rata-rata batu bara.
"Pendapatan turun tajam karena turunnya harga batu bara dan rendahnya stripping ratio. BUMI sebagai penyuplai batubara terbesar untuk kebutuhan domestik seperti listrik, semen, dan pupuk dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah turut menurunkan pendapatan dan marjin," demikian bunyi dalam ringkasan, Rabu (30/4/2025).
Berdasarkan laporan operasionalnya, BUMI mencatat volume penjualan sebesar 16,7 juta ton, turun sebesar 9 persen dibanding 18,4 juta ton pada kuartal I-2024.
Sementara volume produksinya mencapai 17,2 juta ton, juga turun 12 persen dari 19,5 juta ton.
Diketahui bahwa hal ini dikarenakan harga jual rata-rata batu bara juga mengalami koreksi tajam 14 persen menjadi US$64,9 per ton dari sebelumnya US$75,8 per ton.
Dari sisi biaya, beban pokok pendapatan menurun 19,1 persen menjadi US$1,06 miliar.
Namun, laba usaha turun 22,2 persen menjadi US$52,4 juta dan laba sebelum pajak merosot 35,8 persen menjadi US$44,8 juta.
Jika mengacu pada laporan keuangan berdasarkan PSAK 111, yang hanya mengonsolidasikan entitas Arutmin dan tidak termasuk Kaltim Prima Coal (KPC), BUMI mencatat pendapatan sebesar US$348,8 juta, naik 12,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba bruto naik tajam 131,5 persen menjadi US$51,2 juta. Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tetap turun drastis sebesar 73,6 persen menjadi US$17,9 juta.
BUMI menyebut tekanan harga batu bara global serta ketentuan harga domestik untuk sektor kelistrikan, semen, dan pupuk menjadi faktor utama yang menekan margin usaha.
Di tengah tantangan pasar komoditas yang fluktuatif, manajemen BUMI tetap menargetkan produksi di kisaran 79–81 juta ton untuk tahun 2025, dengan ekspektasi harga rata-rata batu bara antara US$64 hingga US$69 per ton.