- Istock
Usai Investasi LG Batal, BKPM Segera Bertemu Huayou untuk Bahas Proyek Baterai EV Indonesia Grand Package
Jakarta, tvOnenews.com - Pemerintah melalui Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM dikabarkan akan segera bertemu perusahaan China, Huayou, menyusul hengkangnya LG dari konsorsium proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) nasional.
Ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menyusun ulang struktur proyek dan memastikan keberlanjutan investasi di sektor strategis rantai pasok EV.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan menyampaikan, pertemuan dengan Huayou dijadwalkan akan berlangsung dalam waktu dekat untuk menyepakati mekanisme kerja sama baru.
"Kita juga ini baru mau ketemu insyaAllah kalau tidak di minggu ini, minggu depan, kita akan ketemu dengan pihak Huayou-nya, membahas terkait ini, mematangkan," katanya di Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Setelah keluarnya LG, pemerintah berencana merancang ulang skema proyek serta mendorong pelibatan mitra-mitra strategis lainnya dalam rantai produksi baterai EV di Indonesia.
Nurul menjelaskan bahwa proyek bernama Indonesia Grand Package sejauh ini telah terealisasi senilai 1,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp20,2 triliun.
Sisanya, sebesar 8,6 miliar dolar AS atau setara Rp145,2 triliun, akan diisi oleh Huayou melalui empat kerja sama joint venture.
Kerja sama tersebut akan mencakup seluruh rantai produksi baterai mulai dari sektor pertambangan nikel, pembuatan prekursor dan katoda, hingga anoda, sel baterai, battery pack, serta fasilitas daur ulang.
"Kita memfasilitasi pembentukan joint venture-nya. Pasti Huayou tidak akan sendirian, pasti akan bekerja sama nanti dengan partner-partner lainnya yang akan kita coba approach juga," ujar Nurul Ichwan.
Kemarin, Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani mengklarifikasi bahwa LG Energy Solution dan mitra Korea Selatan yang lain tidak mundur sepenuhnya.
Faktanya, kata Rosan, justru mereka yang diminta oleh pemerintah Indonesia untuk keluar karena proses negosiasi yang terlalu berlarut-larut.
Rosan membeberkan bahwa negosiasi dengan LG telah berlangsung sejak 2020 dan tak kunjung mencapai kesepakatan final.
“Dikatakan bahwa LG memutus (mundur dari investasi), sebetulnya lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia," kata Rosan di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu malam (23/4/2025).