- Julio Trisaputra
Indonesia Tanam Gandum? Serius! Uji Coba Dimulai, Impor Bisa Tamat!
Jakarta, tvOnenews.com - Langkah mengejutkan datang dari Kementerian Pertanian RI. Di tengah dominasi gandum impor yang menembus jutaan ton setiap tahun, Indonesia kini memulai budidaya gandum skala nasional. Uji coba telah digelar di Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan bahwa ini adalah bagian dari strategi besar diversifikasi pangan nasional.
“Kalau padi dan jagung sudah bisa kita penuhi, maka fokus berikutnya adalah gandum dan kedelai,” tegas Amran dalam saat ditemui awak media pada hari Kamis (17/4/2025) di Jakarta.
Budidaya Gandum di Iklim Tropis? Bisa!
Selama ini, banyak yang menganggap gandum hanya cocok ditanam di negara beriklim subtropis. Namun, Kementerian Pertanian menantang anggapan itu. “Kami cari bibit unggul yang tahan panas, cocok untuk iklim tropis. Sudah ada yang berhasil tumbuh,” ujar Amran.
Program ini juga membuka peluang bagi para petani untuk mencoba komoditas baru, sekaligus menekan ketergantungan pada impor yang selama ini membebani devisa negara.
Targetnya: Kemandirian Pangan
Kementan menegaskan bahwa uji coba ini bukan eksperimen sembarangan. Langkah ini bagian dari visi besar kemandirian pangan nasional. Dengan mengembangkan gandum lokal, Indonesia berharap bisa mengurangi ketergantungan pada impor yang bisa mencapai 10 juta ton per tahun.
“Kita tidak bisa terus bergantung pada negara lain untuk kebutuhan pangan pokok,” lanjut Amran. “Gandum itu bahan dasar mi instan, roti, dan makanan sehari-hari rakyat. Ini soal kedaulatan.”
Diversifikasi yang Realistis
Program diversifikasi pangan bukan hal baru. Namun, kali ini pemerintah tampak lebih serius dan fokus. Tak hanya gandum, kedelai juga jadi prioritas, mengingat kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat. “Kedelai impor juga harus kita kurangi, apalagi untuk kebutuhan tempe dan tahu,” ujar Amran.
Dengan semakin banyak komoditas yang bisa diproduksi dalam negeri, Indonesia diharapkan bisa lebih tahan terhadap gejolak harga global. (nsp)