- tvOnenews.com/Rilo Pambudi
Investor Masih Wait and See, Reksa Dana Pasar Uang ‘Sameday Redeem’ Jadi Alternatif saat Pasar Lesu
Jakarta, tvOnenews.com - Ketidakpastian di pasar modal hari-hari ini membuat banyak investor memilih bersikap hati-hati dengan menahan sementara aktivitas investasi.
Pada kondisi seperti ini, dana menganggur akhirnya cenderung dibiarkan mengendap tanpa pergerakan yang produktif.
Oleh karena itu, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat peluang ini dan menyarankan pemanfaatan reksa dana pasar uang sebagai alternatif penempatan dana jangka pendek.
Instrumen yang dimaksud adalah reksa dana pasar uang dengan fasilitas pencairan dana di hari yang sama atau sameday redemption.
Fitur ini memungkinkan investor untuk mencairkan dana secara cepat, sehingga tetap siap merespons peluang pasar kapan pun momentum dianggap tepat.
Head of Wealth Management Mirae Asset, M. Arief Maulana, mengatakan bahwa opsi ini bisa menjadi pilihan, khususnya bagi investor yang masih menunggu pasar bergerak stabil.
“Saat pelaku pasar cenderung wait & see, dana menganggur bisa dimanfaatkan dengan berinvestasi ke instrumen jangka pendek seperti reksa dana pasar uang. Terlebih lagi, produk dengan likuiditas tinggi karena punya fasilitas sameday redemption,” kata Arief dalam Media Day: April by Mirae Asset, di Jakarta, Kamis (17/4/2025).
Ia menjelaskan, fitur sameday redeem memungkinkan investor mencairkan dana secara langsung begitu keputusan membeli saham diambil, tanpa terkendala oleh risiko gagal penyelesaian transaksi (settlement).
Reksa dana pasar uang sendiri merupakan jenis reksa dana yang ditempatkan pada instrumen utang berjangka kurang dari satu tahun serta produk pasar uang lainnya seperti deposito dan tabungan.
Karena itu, instrumen ini memiliki likuiditas lebih tinggi dan waktu pencairan yang lebih cepat dibanding reksa dana lain.
Umumnya, proses redemption memakan waktu H+1, namun dengan sameday redeem, pencairan bisa lebih cepat dari biasanya.
Arief menyebut, salah satu produk yang sudah menawarkan kemudahan tersebut adalah Capital Optimal Cash, yang merupakan reksa dana hasil kerja sama Mirae Asset dengan PT Capital Asset Management.
Produk ini menjadi bagian dari inovasi perusahaan dalam menjawab kebutuhan pasar akan instrumen yang fleksibel dan responsif terhadap dinamika pasar.
Keberadaan Capital Optimal Cash juga memperkuat layanan NAVI, platform reksa dana digital milik Mirae Asset Sekuritas.
Platform ini dikembangkan untuk memberi kemudahan akses investasi bagi investor ritel, dengan antarmuka ramah pengguna, kemitraan bersama manajer investasi terpercaya, serta penyediaan informasi pasar yang praktis.
Sebagai informasi, NAVI merupakan platform unggulan Mirae Asset yang menyediakan ratusan produk reksa dana dari puluhan manajer investasi ternama di Indonesia.
Layanan ini dapat diakses melalui situs web maupun aplikasi ponsel pintar melalui tautan: http://masi.id/download-navi.
Dalam acara yang sama, Head of Investment Capital Asset Management, Wisnu Karto, menekankan bahwa selain likuiditas tinggi, Capital Optimal Cash juga unggul dalam kemudahan akses, dikelola oleh manajer investasi profesional, dan memberikan hasil investasi yang kompetitif.
"Selama setahun terakhir, imbal hasil atau return Capital Optimal Cash mencapai 4,36%, di atas deposito perbankan acuan 3,25%."
Sementara itu, kondisi pasar modal Indonesia di kuartal pertama 2025 tercatat mengalami tekanan cukup berat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.510 per 27 Maret 2025, atau turun sekitar 8% dibandingkan akhir tahun lalu, tepat sebelum libur Lebaran.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, mengungkapkan bahwa sepanjang kuartal pertama terjadi arus keluar dana asing dari pasar saham sebesar Rp30,3 triliun (US$1,8 miliar).
Tekanan tersebut berlanjut hingga April dengan foreign outflow tambahan sebesar Rp15,5 triliun (US$927 juta), yang tidak hanya berasal dari saham, tetapi juga pasar obligasi.
“Kondisi tersebut mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap tantangan ekonomi global dan domestik.”
Tak hanya itu, instrumen Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga terkena tekanan jual. Data BI periode 8–10 April 2025 mencatat adanya arus keluar sebesar Rp10,5 triliun hanya dalam tiga hari perdagangan.
“Prospek pertumbuhan negara berkembang Asia diperkirakan stagnan hingga 2026, terutama karena perlambatan ekonomi di Tiongkok dan AS yang diperburuk oleh meningkatnya tensi perang dagang. Sementara di dalam negeri, investor masih meragukan pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%,” jelas Rully.
Turut hadir dalam acara Media Day tersebut, Head of Fund Services Mirae Asset Francisca Gerungan serta Head of Investment Capital Asset Management Wisnu Karto, yang bersama-sama memaparkan strategi investasi jangka pendek di tengah ketidakpastian pasar.
Kehadiran produk seperti Capital Optimal Cash membuktikan bahwa pelaku industri terus berinovasi memberikan solusi relevan untuk menjaga momentum investasi, meskipun pasar sedang bergejolak. (rpi)