- tvOnenews.com/Rilo Pambudi
Investor Masih Wait and See, Reksa Dana Pasar Uang ‘Sameday Redeem’ Jadi Alternatif saat Pasar Lesu
Keberadaan Capital Optimal Cash juga memperkuat layanan NAVI, platform reksa dana digital milik Mirae Asset Sekuritas.
Platform ini dikembangkan untuk memberi kemudahan akses investasi bagi investor ritel, dengan antarmuka ramah pengguna, kemitraan bersama manajer investasi terpercaya, serta penyediaan informasi pasar yang praktis.
Sebagai informasi, NAVI merupakan platform unggulan Mirae Asset yang menyediakan ratusan produk reksa dana dari puluhan manajer investasi ternama di Indonesia.
Layanan ini dapat diakses melalui situs web maupun aplikasi ponsel pintar melalui tautan: http://masi.id/download-navi.
Dalam acara yang sama, Head of Investment Capital Asset Management, Wisnu Karto, menekankan bahwa selain likuiditas tinggi, Capital Optimal Cash juga unggul dalam kemudahan akses, dikelola oleh manajer investasi profesional, dan memberikan hasil investasi yang kompetitif.
"Selama setahun terakhir, imbal hasil atau return Capital Optimal Cash mencapai 4,36%, di atas deposito perbankan acuan 3,25%."
Sementara itu, kondisi pasar modal Indonesia di kuartal pertama 2025 tercatat mengalami tekanan cukup berat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.510 per 27 Maret 2025, atau turun sekitar 8% dibandingkan akhir tahun lalu, tepat sebelum libur Lebaran.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, mengungkapkan bahwa sepanjang kuartal pertama terjadi arus keluar dana asing dari pasar saham sebesar Rp30,3 triliun (US$1,8 miliar).
Tekanan tersebut berlanjut hingga April dengan foreign outflow tambahan sebesar Rp15,5 triliun (US$927 juta), yang tidak hanya berasal dari saham, tetapi juga pasar obligasi.
“Kondisi tersebut mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap tantangan ekonomi global dan domestik.”
Tak hanya itu, instrumen Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga terkena tekanan jual. Data BI periode 8–10 April 2025 mencatat adanya arus keluar sebesar Rp10,5 triliun hanya dalam tiga hari perdagangan.
“Prospek pertumbuhan negara berkembang Asia diperkirakan stagnan hingga 2026, terutama karena perlambatan ekonomi di Tiongkok dan AS yang diperburuk oleh meningkatnya tensi perang dagang. Sementara di dalam negeri, investor masih meragukan pencapaian target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%,” jelas Rully.
Turut hadir dalam acara Media Day tersebut, Head of Fund Services Mirae Asset Francisca Gerungan serta Head of Investment Capital Asset Management Wisnu Karto, yang bersama-sama memaparkan strategi investasi jangka pendek di tengah ketidakpastian pasar.