- BPMI Istana Negara
Prabowo Siap Mundur Jika Gagal: Reshuffle Jadi Sinyal Tegas Reformasi Kabinet
Jakarta, tvOnenews.com – Presiden terpilih Prabowo Subianto menegaskan komitmennya dalam membenahi pemerintahan lewat langkah konkret: reshuffle kabinet.
Dalam wawancara bersama tujuh jurnalis nasional yang tayang 7 April 2025, Prabowo menegaskan bahwa perombakan menteri bukan basa-basi politik, melainkan bukti keseriusan dalam menjaga kinerja dan akuntabilitas kekuasaan.
“Kalau saya merasa gagal, tahun keempat atau kelima, saya akan berhenti dari politik,” ujar Prabowo tegas.
Pernyataan ini langsung menjadi sorotan publik. Di tengah evaluasi menyeluruh terhadap kinerja kementerian, Prabowo menegaskan tak akan mempertahankan posisi jika tak mampu memberi hasil nyata bagi rakyat.
Reshuffle Bukan Seremonial, Tapi Bersih-bersih Serius
Sejumlah pejabat, termasuk menteri dan direktur jenderal, disebut telah dicopot karena tak mampu menjalankan visi pemerintahan secara solid. Salah satu contoh adalah penggantian direksi Bulog yang dinilai lamban dalam menyerap gabah petani, serta pencopotan pejabat Kementerian Pertanian yang terlibat kasus korupsi.
“Kalau nggak bisa kerja bareng, ya saya ganti,” ucap Prabowo.
Langkah-langkah ini, menurutnya, bukan soal suka atau tidak suka, tetapi menyangkut akuntabilitas, pelayanan publik, dan integritas birokrasi.
Sindir Institusi Elitis, Tekankan Aksi Nyata
Dalam pernyataannya, Prabowo juga menyiratkan kritik terhadap lembaga pendidikan tinggi yang dianggap “elitis tapi minim aksi”. Ia menyinggung program pengiriman 32 ribu sarjana bergizi tinggi ke desa, yang menurutnya adalah bentuk konkret pembangunan SDM berbasis akar rumput.
Dalam konteks ini, pencopotan Menteri Dikti dan Saintek, Satryo Soemantri Brodjonegoro, disebut-sebut sebagai bagian dari reshuffle. Meski tak menyebut nama, sinyal ketidakpuasan terhadap sektor pendidikan tinggi cukup terang.
Reshuffle Rasa Reformasi
Pengamat menyebut reshuffle kali ini sebagai "reshuffle rasa reformasi"—bukan sekadar rotasi kekuasaan, tetapi penataan ulang pemerintahan berdasarkan hasil dan tanggung jawab.
Dengan pernyataannya yang siap mundur dari politik jika gagal, Prabowo ingin menunjukkan bahwa reshuffle ini bukan alat politik, tapi bentuk pertanggungjawaban moral dan komitmen pribadi terhadap rakyat.
Di tengah dinamika politik yang terus bergulir, publik kini menanti siapa lagi yang akan tersingkir dan siapa yang bakal dipercaya membawa pemerintahan menuju arah baru yang dijanjikan. (nsp)