- Antara
IBC Tawarkan 4 Jurus Hadapi Tarif Balasan AS, Perlu Renegosiasi untuk Selamatkan Ekspor RI
Keempat, IBC meminta pemerintah memperluas jaringan perjanjian dagang bilateral maupun multilateral, sekaligus mempercepat finalisasi FTA yang tengah dibahas.
Dengan begitu, Indonesia punya akses pasar baru yang lebih luas dan tidak hanya bergantung pada pasar tradisional.
Ketua Dewan Pengawas IBC, Arsjad Rasjid, menekankan bahwa kondisi saat ini justru bisa jadi momentum untuk memperkuat posisi Indonesia.
“Kami melihat tantangan ini sebagai peluang untuk mempercepat reformasi struktural, mendorong diversifikasi pasar ekspor, serta mengembangkan industri bernilai tambah. Kemudahan berusaha juga perlu terus ditingkatkan agar Indonesia lebih kompetitif secara global,” ujarnya.
- Istimewa
Pemerintah mewaspadai potensi efek domino dari tarif balasan AS yang bisa memperkeruh hubungan dagang internasional.
Menurut Kementerian Perdagangan, Amerika adalah negara penyumbang surplus perdagangan nonmigas terbesar bagi Indonesia tahun lalu.
Dari total surplus US$31,04 miliar pada 2024, sebesar US$16,08 miliar berasal dari perdagangan dengan AS.
Produk andalan RI ke AS mencakup garmen, alat listrik, alas kaki, hingga minyak nabati.
Dengan tensi perdagangan global yang kembali memanas, sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha menjadi krusial.
Langkah antisipatif dan strategi jangka panjang mutlak diperlukan agar Indonesia tak hanya bertahan, tapi juga makin kuat dalam peta perdagangan global. (rpi)