news

Daerah

Bola

Sport

Gaya Hidup

Video

Tvone

Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro..
Sumber :
  • Ist

Bambang Brodjonegoro Paparkan Urgensi Reformasi Subsidi Energi Fosil, Dorong Agar Anggaran Dialihkan untuk Energi Hijau

Bambang Brodjonegoro ungkap subsidi energi saat ini masih didominasi oleh bahan bakar fosil, sehingga membatasi insentif bagi pengembangan energi terbarukan.
Kamis, 27 Februari 2025 - 20:51 WIB
Reporter:
Editor :

Faktor utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi global mencakup ketegangan geopolitik, seperti perang Rusia-Ukraina, konflik Israel-Hamas, dan rivalitas Amerika Serikat-China. Selain itu, kebijakan politik mantan Presiden AS, Donald Trump, terhadap Perjanjian Paris juga mempengaruhi dinamika investasi hijau, dengan Amerika cenderung menarik diri dari komitmen terkait transisi energi.

Namun, kesadaran akan pentingnya ekonomi hijau semakin meningkat di kalangan pemangku kepentingan global. Dalam forum ekonomi dunia baru-baru ini, lima dari sepuluh risiko terbesar yang diidentifikasi berkaitan langsung dengan perubahan iklim.

"Masih kuatnya komitmen Eropa terhadap investasi hijau harus menjadi catatan penting. Jika disimpulkan, di permukaan memang kelihatannya suram, tetapi banyak pihak semakin tertarik untuk mengeksplorasi potensi investasi hijau, termasuk di Indonesia," tutur Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 2005-2009 itu

Carbon Trading jadi Instrumen Masa Depan

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 Bursa Efek Indonesia (BEI), Ignatius Denny Wicaksono, menjelaskan bahwa masa depan bursa karbon di Indonesia menunjukkan prospek positif, seiring dengan meningkatnya kesadaran global terhadap ekonomi hijau.

"Dulu sebelum ada nilai ekonomi karbon, proyek hijau hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan energi yang dihasilkan. Sekarang, selain dari produksi energi, proyek juga mendapatkan tambahan pendapatan dari penghematan emisi karbon yang mereka lakukan," ujar Denny.

Saat ini, harga karbon di Indonesia ditaksir sekitar Rp58.000 per ton CO2. Dengan skema ini, proyek-proyek hijau seperti pembangkit listrik tenaga angin dan air dapat memperoleh pendapatan tambahan dari penjualan kredit karbon. Sejak pertama kali diluncurkan pada 26 September 2013, perdagangan karbon di Indonesia telah berkembang pesat. Awalnya hanya terdapat satu proyek, namun kini jumlahnya telah bertambah menjadi tujuh proyek dengan total carbon credit yang diterbitkan mencapai 3,1 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 1,5 juta ton telah terjual, menunjukkan minat yang tinggi dari berbagai pihak.

"Saat ini sudah ada sekitar 107 perusahaan jasa yang ikut serta dalam perdagangan karbon, dan lebih dari 1.100 entitas yang telah menggunakan skema carbon offset, di mana 893 di antaranya adalah individu yang secara sukarela mengompensasi emisi karbon mereka," tutur Denny.

Berita Terkait

1
2
3 Selanjutnya

Topik Terkait

Saksikan Juga

05:43
03:43
04:19
06:19
01:53
00:49

Viral