- tvOnenews.com/Julio Trisaputra
Hilirisasi Nikel hingga Sawit, Cara Jokowi Unjuk Gigi Lawan Diskriminasi Negara Maju
Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sering menekankan agar hilirisasi sumber daya Indonesia akan diperluas, tidak hanya terbatas pada sektor pertambangan.
Satu periode menjabat, Presiden Jokowi telah menempatkan hilirisasi sebagai pilar utama kebijakan ekonominya selama beberapa tahun terakhir.
Saat ini, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk melarang ekspor produk mentah dari sektor pertanian, seperti kopi dan kakao, demi meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut.
Dengan cara ini, Indonesia diharapkan bisa memaksimalkan keuntungan dari seluruh sumber daya yang dimilikinya.
Salah satu contohnya adalah larangan ekspor bijih nikel yang diberlakukan pada Januari 2020.
Langkah ini bertujuan untuk menarik lebih banyak investasi dalam pembangunan pabrik pengolahan mineral di dalam negeri.
Kendati langkah ini sempat menuai gangguan dari Uni Eropa, yang bahkan membawa Indonesia ke World Trade Organization (WTO) dengan tuduhan proteksionisme, Jokowi tetap teguh mempertahankan kebijakan ini.
Ia beranggapan bahwa hilirisasi adalah strategi yang tepat untuk membangun ekonomi yang lebih kuat.
Hasilnya mulai terlihat, dengan ekspor nikel yang meningkat tajam dari hanya US$2 miliar sebelum larangan menjadi US$34,8 miliar dari produk-produk turunan nikel.
Pada acara BNI Investor Daily Summit 2024 yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jokowi menyampaikan bahwa pemerintah akan mengaplikasikan pendekatan serupa pada industri lainnya.
"Kita perlu mendorong industri pengolahan domestik yang menciptakan banyak lapangan kerja dan memperluas hilirisasi ke sektor pertanian, kelautan, dan pangan," ujar Jokowi, dikutip Kamis (10/10/2024)
Jokowi juga menjelaskan alasan pemerintah akan melarang ekspor biji kopi, kakao, lada, dan nilam yang belum diolah.
Menurutnya, dengan luasnya perkebunan kopi, kakao, lada, dan nilam di Indonesia, ada potensi besar untuk mengembangkan industri hilir yang menghasilkan produk bernilai tinggi, baik di sektor makanan, minuman, maupun kosmetik.
Tak hanya itu, hilirisasi juga diterapkan pada sektor kelapa sawit. Pada tahun 2015, sekitar 18% ekspor sawit masih berupa minyak sawit mentah (CPO) dan 6% CPKO (minyak inti sawit mentah).
Namun pada 2022, persentase ekspor bahan mentah ini turun drastis menjadi hanya 2% CPO dan 4% CPKO.