- Dok. Kemenkeu
Belajar dari China! Begini Seharusnya Dana Desa Rp71 Triliun Dioptimalkan, Kemendes PDTT: Banyak Contoh Bagus
Jakarta, tvOnenews.com - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) berharap Indonesia dapat mencontoh China dalam hal pemanfaatan dana desa.
Hal itu disampaikan oleh Danton Ginting Munthe, Direktur Jenderal PPKTrans Kemendes PDTT, saat mendampingi 12 kepala desa dari Indonesia di Beijing, Kamis, 19 September 2024.
Harapannya, desa di Indonesia bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan produktif, seperti yang diterapkan di desa-desa di China.
"Salah satu sumber pendapatan desa adalah dana desa, dan contoh-contoh bagus dari sini (China) bisa diterapkan di Indonesia, tentunya dengan skema kegiatan yang sesuai aturan," ungkap Danton saat acara "Benchmarking Batch 4", dikutip Jumat (20/9/2024).
Acara kunjungan para kepala desa RI ke China itu akan berlangsung dari 18 hingga 28 September 2024.
Agenda tersebut merupakan hasil kerja sama antara Kemendes PDTT dengan Kementerian Pertanian dan Urusan Perdesaan China (MARA).
Tujuannya adalah memperkenalkan kepala desa Indonesia pada praktik terbaik yang diterapkan di China, terutama di sektor pertanian dan pembangunan perdesaan.
Dalam APBN 2024, pemerintah Indonesia telah mengalokasikan dana desa sebesar Rp71 triliun.
Alokasi ini terdiri dari Rp68 triliun dana desa reguler, Rp1 triliun dari anggaran pusat, dan Rp2 triliun tambahan untuk dana desa di tengah tahun.
"Setelah kegiatan ini, pasti ada monitoring. Berdasarkan testimoni kepala desa dari batch sebelumnya, apa yang mereka pelajari di sini bisa dikembangkan di desanya masing-masing," jelas Danton.
Di sisi lain, tenaga ahli Direktorat Fasilitasi Pemanfaatan Dana Desa Kemendes PDTT, Andrey Inkhsan Lubis, menambahkan bahwa saat ini terdapat 34 ribu pendamping di seluruh desa di Indonesia.
Tugas mereka adalah memberikan saran program bagi kepala desa untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana desa.
"Kami berharap para peserta melanjutkan program ini, sekaligus meningkatkan keterkaitan antarsektor. Masih banyak yang harus diperbaiki, tapi kami optimis kegiatan ini membawa dampak positif," tambah Andrey.
Menurut Andrey, China juga memberikan masukan bukan hanya untuk desa-desa di Indonesia, tetapi juga untuk negara lain seperti Burundi dan beberapa negara di Afrika. Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi kepala desa Indonesia untuk lebih berani maju dengan semangat dan pengetahuan baru.
China sendiri dikenal dengan teknologi pertaniannya yang canggih, termasuk peternakan, perikanan, perkebunan, hingga pemasaran hasil pertanian. Harapannya, kepala desa Indonesia bisa meniru cara-cara yang diterapkan di China dan membawa semangat baru untuk kemajuan desa mereka.
Joko Siswanto (47), Kepala Desa Jeruk dari Magetan, Jawa Timur, mengaku ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti kegiatan "benchmarking". Selama 11 tahun menjadi kepala desa, ia berharap bisa mendapatkan ilmu baru, terutama di bidang pertanian.
"Kami mayoritas bertani, tapi hasil pertanian mulai menurun. Saya ingin belajar lebih banyak tentang pengelolaan pertanian dengan teknologi yang tepat," jelas Joko dikutip dari Antara.
Meski mengakui ada perbedaan SDM antara China dan Indonesia, terutama dalam hal disiplin, Joko tetap optimis bahwa ada banyak hal yang bisa dicontoh.
Menurutnya, kebijakan pemerintah yang berbeda tidak menjadi penghalang untuk menerapkan beberapa konsep dari China di desanya.
Joko terpilih mengikuti acara ini karena desanya memiliki administrasi yang baik, telah berstatus sebagai desa mandiri, dan memiliki badan usaha milik desa (BUMDes) serta penyediaan air bersih berbasis masyarakat (Pamsimas).
Acara "Benchmarking Batch 4" ini diadakan di dua kota di China, yakni Beijing dan Chengdu. Aktivitas yang dilakukan termasuk audiensi dengan pejabat Kementerian Pertanian dan Urusan Perdesaan China (MARA), kunjungan ke pasar grosir pertanian Xinfadi, dan menghadiri Festival Panen Tiongkok di distrik Huairou.
Mereka juga mengunjungi desa di Pujiang dan Pengzhou, Sichuan, serta beberapa pusat teknologi pertanian dan konservasi, seperti Tianfu Agricultural Expo Park dan Pusat Penangkaran Panda Raksasa di Chengdu.
Sebanyak 12 kepala desa dari berbagai wilayah di Indonesia mengikuti kegiatan ini, termasuk dari desa di Kalimantan Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Jawa Barat.
Menurut data Kemendes PDTT, jumlah desa di Indonesia saat ini mencapai 75.250, dengan rincian desa sangat tertinggal (4.850 desa), desa tertinggal (7.154 desa), desa berkembang (28.766 desa), desa maju (23.035 desa), dan desa mandiri (11.456 desa).
Kegiatan ini diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi para kepala desa untuk meningkatkan produktivitas desa mereka. Dengan dukungan dana desa yang ada, mereka dapat menerapkan ide-ide yang diperoleh dari China untuk memajukan desa di Indonesia. (ant/rpi)