- wikipedia/Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures
Mengenal 'Masangin', Mitos Melewati Beringin Kembar Alun-Alun Jogja dengan Mata Tertutup
Tidak sedikit juga yang mencoba berkali-kali dan akhirnya berhasil. Pengunjung Alkid ketika sampai di sana cenderung penasaran untuk menguji mitos ini.
Sejarah mitos Masangin
Tradisi Masangin sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu saat Kesultanan Yogyakarta masih Berjaya.
Dilansir dari laman informasi Pariwisata Yogyakarta, Masangin dilakukan saat tradisi topo bisu yang dilakukan setiap malam 1 suro. Tradisi Topo Bisu ini dilakukan oleh para prajurit dan abdi dalem dengan mengelilingi benteng tanpa mengucap satu katapun.
Para prajurit dan abdi dalem dengan mengenakan pakaian lengkap adat jawa berbaris rapi. Mereka memulai ritual Topo Bisu dari halaman Keraton menuju pelataran alun-alun lalu melewati kedua beringin kembar tersebut.
Hal tersebut diyakini untuk mencari berkah dan meminta perlindungan dari serangan musuh. Dari situlah mitos Masangin ini berkembang hingga saat ini yang dipercaya jika dapat melintasi dua pohon beringin dengan mata tertutup, semua yang diinginkan akan terkabul.
Kepercayaan lain tentang beringin kembar
Ada kepercayaan lain mengenai beringin kembar tersebut. Area alun-alun kidul kerap digunakan sebagai pusat latihan dan kegiatan para prajurit Keraton. Mereka biasa mengasah konsentrasi dengan berjalan di antara dua beringin kembar.
Kepercayaan lain juga mengatakan bahwa di tengah pohon terdapat jimat tolak bala untuk mengusir musuh. Konon, ketika tentara koloni melewati tengah pohon, maka kekuatan mereka langsung sirna.
Dari situ muncul mitos yang mengatakan siapapun yang berhasil menyebrangi kedua beringin tersebut, ia mampu menolak bala. (Mzn)