- tim tvOne - Sri Cahyani Putri
Kirana Viramantra, Bukan Sekadar Tontontan, namun Wujud Doa dan Penghormatan kepada Pahlawan
Sleman, tvOnenews.com – Memperingati Hari Pahlawan, Kementerian Kebudayaan menggelar acara pertunjukan seni multimedia bertajuk “Kirana Viramantra”.
Kirana Viramantra, sebuah perayaan serta pertunjukan seni multimedia yang memadukan pertunjukan teater, musik, tari, dan video mapping digelar oleh Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Pengembangan Budaya Digital di area fasad Monumen Yogja Kembali, Senin (10/11) malam lalu.
Disampaikan oleh Direktur Pengembangan Budaya Digital, Kementerian Kebudayaan, Andi Syamsu Rijal, Kirana Viramantra bukan sekadar tontonan, namun wujud doa dan penghormatan kepada para pahlawan dalam bentuk laboratorium kreatif.
“Kita tidak hanya menyaksikan sebuah pertunjukan seni biasa. Kirana Viramantra adalah laboratorium kreatif yang berupaya mengukir kembali jejak-jejak pahlawan dalam medium cahaya,” ungkapnya.
Judul acara, “Kirana Viramantra” diambil dari bahasa Sanskerta. Kirana mengandung makna cahaya dan viramantra berarti pahlawan dan doa. Kedua kata ini melambangkan semangat melangitkan doa untuk para pahlawan melalui cahaya sehingga menjadikan momentum Hari Pahlawan tidak sebatas menjadi peringatan semata, namun juga memberikan pengalaman budaya yang menyentuh serta inspiratif.
Andi menegaskan bahwa kebudayaan dapat digunakan untuk menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Melalui kebudayaan, sejarah tidak akan membeku serta dapat disampaikan kepada generasi baru secara relevan, menyala, dan bermakna.
“Kebudayaan selalu hadir dalam tiga waktu. Ia berakar pada masa lalu, hidup di masa kini, dan membentuk masa depan,” tegasnya.
Kepala Museum Monumen Yogya Kembali, Yudi Pranowo mengatakan bahwa pihaknya melibatkan pelaku seni, komunitas kreatif, dan UMKM dalam penyelenggaraan acara ini. Tujuannya adalah menjadikan museum sebagai ruang yang dicintai serta melekat di hati masyarakat.
“Kegiatan ini melibatkan pelaku seni, komunitas kreatif, dan UMKM, sekaligus mendorong museum untuk lebih banyak berkolaborasi dengan berbagai pihak. Museum, selain menjalankan fungsi utamanya sebagai tempat pelestarian sejarah, juga dapat menjadi ruang bagi publik untuk berkegiatan sehingga semakin dicintai dan melekat di hati masyarakat,” terang Yudi.
Pementasan utama dalam acara ini adalah “Goro-Goro Diponegoro” yang menghadirkan kolaborasi antara Mantradisi dan Sanggar Seni Sekar Kinanti. Karya ini merupakan naskah lama yang telah dimodifikasi delapan tahun lalu dan ditampilkan dalam bentuk drama musikal berbasis macapat dipadukan dengan teknologi digital berupa video mapping. (scp/ard)