- tvOnenews.com - Julio Saputra
Presiden Pakai Baju Adat Tanimbar saat Sidang Tahunan MPR-DPR RI, Ini Penjelasan Akademisi dan Budayawan Maluku
"Sebutan Tais, digunakan oleh warga Tanimbar yang menggunakan bahasa Selawasa, bahasa Yamdena, bahasa Makatian, sedangkan sebutan Bakan digunakan warga yang menggunakan bahasa Selaru dan Fordata," jelas tokoh suku Tanimbar, Rabu (16/8/2023)
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Pemerintahan Unpatti Ambon ini juga menjelaskan, bahwa di Tanimbar, sekalipun ada macam bahasa, namun dalam proses pembicaraan adat termasuk yang sangat sakral serta nyanyian adat baik Foruk dan Tanlain selalu menggunakan bahasa Fordata sehingga di Tanimbar kain tenun sering dan lebih kental dengan sebutan Bakan," jelasnya.
Sehingga, ungkap Koritelu, sebutan Kain Tenun Tanimbar pada kata Bakan terdiri atas 4 jenis asli yang di dalamnya tersebar 22 ragam hias atau motiv asli. Adapun ke 4 Bakan asli atau tertua adalah (1) Bakan Mnanat, (2) Bakan Maran, (3) Bakan Inelak Varverak Lervava dan (4) Bakan Engengroan. Dimana Bakan ini digunakan dalam konteksnya masing masing.
Lanjutnya, ke 4 jenis Bakan ini pula melambangkan atau bersifat paralel dengan 4 harta adat asli orang Tanimbar yakni, (1) Wuhur, (2) Wear, (3) Suruk dan (4) Ramat.
"Bakan mengandung makna atau simbol perlindungan dan pengayoman atau Bakan dari Duan ke Lolat," jedahnya.
Dijelaskan, Duan Lolat merupakan struktur adat yang mengikat, karena merupakan eksitensi dan identitas masyarakat (orang) suku Tanimbar.
Koritelu juga menekankan bahwa Duan adalah jelmaan Tuhan ke dua di dunia, dan yang menerima bakan itu adalah Lolat. Lolat sendiri merupakan pihak yang menerima anak darah dalam sistem perkawianan. Sementara Duan adalah pihak yang mengkontribusikan anak darah atau anak perawan di dalam satu sistem adat pernikahan Tanimbar. Sehingga menenun adalah manifestasi dari laboratorium sosial seorang gadis sebelum masuk pada jenajang rumah tangga.
Soal busana yang dikenakan Kepala Negara, Akademisi Universitas Pattimura Ambon ini menegaskan bahwa itu adalah busana kain tenun (Bakan) Mnanat yaitu Bakan tertua atau terlama yang hanya dipakai oleh paraduan besar dan merupakan tenun ikat tertua nomor dua di dunia setelah tenun ikat milik kebudayaan Afrika Selatan.
Sehingga dalam praktiknya, pungkasnya, jika ada pengalungan kain tenun Bakan/Tais merupakan simbol perlindungan dan pengayoman dari Duan kepada Lolat, sehingga dimana pun berada, bulan tidak akan menyakitkan di waktu malam dan matahari tidak akan menyakiti di siang hari. Di situlah sakralitasnya.