- edi cahyono
10 Tahun Menabung dari Hasil Jualan Es Campur, Mbah Said dan Istri Akhirnya Berangkat Haji
Batu, tvOnenews.com – Pasangan suami istri asal Kota Batu, tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, mereka menjadi salah satu dari jutaan orang yang mampu berangkat haji di tahun 2025 ini dengan cara menyisihkan uang hasil kerjanya menjadi penjual es campur selama 10 tahun.
Pasangan suami istri itu adalah Muhammad Said (86) dan Kasiatun (82), warga Jalan Panglima Sudirman, Gang 4, Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Batu. Sehari-hari mereka berjualan es campur di Gang Kauman, Kelurahan Sisir, tepatnya di samping Masjid Agung An-Nur Kota Batu.
Mbah Said dan istrinya tergabung dalam kloter 81, yang merupakan gabungan jemaah dari Kota Batu, Kabupaten Malang dan Kota Malang. Mereka dijadwalkan masuk Asrama Haji Embarkasi Surabaya pada 24 Mei 2025, kemudian berangkat ke Tanah Suci pada hari berikutnya yakni 25 Mei 2025.
Mbah Said sapaan akrabnya, telah berjualan es campur sejak tahun 1954, saat usianya baru menginjak 16 tahun. Setelah 70 tahun berjualan es campur, Mbah Said akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya untuk menunaikan ibadah Haji.
"Saya sudah jualan pas umur 16 tahun, waktu itu masih berharga Rp60 sen satu mangkok. Masa itu, saya jualan sama paklek (paman) saya, sampai akhirnya bisa berjualan sendiri di tahun 1983 dengan modal Rp1000 waktu itu sudah banyak," ungkap Mbah Said saat ditemui dirumahnya Sabtu, (17/5/2025).
Lebih lanjut, Mbah Said juga mengisahkan, bahwa dia berjualan es campur dengan meminta modal dari orang tua. Saat itu dia ingin menikah namun tidak memiliki pekerjaan. Karena rumahnya berdekatan dengan Alun-alun Kota Batu yang waktu itu juga berfungsi sebagai pasar. Dia nekat berjualan pecah belah sebelum jualan es campur.
"Saat itu saya diberi modal oleh orang tua sebesar Rp1.000. Lalu saya belanjakan bahan-bahan. Dari modal Rp1.000 itulah saya bisa menghidupi keluarga saya hingga saat ini," tuturnya.
Mbah Said sempat berdagang keliling sebelum kemudian menemukan tempat yang dipakainya berjualan sampai sekarang.
"Pindah kesini itu kira-kira tahun 1985. Dulu masih sepi. Tapi alhamdulillah sejak Batu jadi kota wisata itu sekarang jadi ramai," ujarnya.
Meski Kota Batu dikenal dengan kota yang cenderung dingin. Menurut Mbah Said, dengan kombinasi ketan hitam dan tape yang ada di dalam es campur racikannya, membuat es campur tersebut tidak sepenuhnya dingin ketika masuk ke tubuh.
"Dengan kombinasi ketan hitam dan tape, membuat tubuh sedikit hangat ketika menikmati es campur ini," imbuh dia.
Sosok Mbah Said masih segar bugar, meski telah berusia lanjut. Dengan tangan yang mulai gemetaran, pria ramah ini melayani pelanggannya hingga sekarang.
"Saya ya kerjanya cuma ini. Mau kerja apa lagi, karena bisanya ya bikin es campur. Tapi seperti ini sudah alhamdulillah, saya sangat bersyukur," ucapnya.
Mbah Said pun sangat bersyukur bisa menunaikan ibadah haji tahun ini setelah puluhan tahun menyisihkan uang dari hasil berjualan es campur.
"Penghasilan saya itu nggak mesti, kadang pelanggan sepi ya saya menabung Rp30 ribu, kalau ramai kadang Rp50 ribu sehari," katanya.
Mbah Said memiliki dua anak lima cucu dan enam buyut. Dari ketekunannya menjual es campur itu, dia juga berhasil bertahan hidup selama puluhan tahun. Bahkan dia juga bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.
"Alhamdulillah dari penghasilan itu, saya bisa menghidupi keluarga saya semuanya sampai anak-anak bisa sekolah, bisa kerja. Karena saya rasa anak-anak sudah bisa mandiri, saya punya niat untuk pergi haji," jelasnya.
Bisa berangkat haji, lanjut Mbah Said, merupakan hasil ia menabung selama 10 tahun atau sejak tahun 2014. Setelah memiliki cukup uang, akhirnya pada tahun 2018 Ia bersama istrinya berniat mendaftarkan diri untuk pergi haji.
"Ya itu hasil saya menabung setiap hari Rp30-50 ribu, terkumpul kalau nggak salah sampai Rp50 juta. Uang itu saya buat daftar haji, alhamdulillah cukup. Ya meskipun ada sedikit kekurangan untuk keperluan haji yang lain, setidaknya cukup dulu buat daftar," ungkapnya.