- Wawan Sugiarto/tvOne
Kisah Muhammad Fatoni, Tuna Netra Penghafal 30 Juz Al-qur'an Asal Lumajang
Lumajang, tvOnenews.com - Keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk menggapai cita-cita dan berprestasi, hal itu tercermin pada diri seorang pria tuna netra di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Menjadi tuna netra sejak kecil, namun tumbuh dengan segudang prestasi karena kepiawaiannya melantunkan dan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Bahkan, berkat segudang prestasi dan penghargaan yang diraihnya, ia kini dipercaya menjadi pengajar Qori' di puluhan lembaga.
Namanya Muhammad Fatoni (38) warga Desa Bades, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, yang mampu menepis keterbatasan dirinya.
Fatoni yang merupakan seorang hafiz sekaligus Qori' yang menjadi pengajar buat anak-anak muda.
Dalam sepekan, dia disibukkan dengan kegiatan mengajar Qori' di 22 lembaga TPQ maupun Pondok Pesantren di wilayah Kecamatan Pasirian dan Candipuro.
Setiap hari, Fatoni mengajarkan bacaan dan lantunan ayat suci Al-Qur'an dengan suara merdu atau biasa dikenal dengan sebutan Qiro'ah. Rutinitas ini sudah ditekuninya sejak belasan tahun lalu.
Dengan kemampuan pendengaran dan daya ingat yang tinggi, Fatoni mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur'an ini lewat caranya sendiri.
Setiap hari, ia melatih kemampuannya itu melalui tape recorder untuk menghafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Dalam proses mempertajam hafalannya, ia juga dibantu Sri Wahyuningsih, sang istri yang menyimak bacaan sekaligus pelafalan bacaan.
"Pake kaset semuanya pake pendengaran untuk belajarnya. Pelan-pelan ayat demi ayat saya lantunkan dan hafalkan," katanya saat ditemui pada Kamis (28/3/2024).
Selain disibukkan dengan mengajari santri-santrinya mengenal Al-qur'an, Fatoni juga merupakan seorang pria dengan segudang prestasi.
Semangat juangnya yang tinggi untuk mengasah kemampuannya dalam melantunkan dan menghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an mengantarkan ayah dari Muhammad Yahya (3), meraih segudang prestasi tahfid dan musabaqoh tilawatul Qur'an pada tingkat regional hingga nasional.
Kedamaian hidup dan segudang prestasi yang diraih Fatoni tidak diraih dengan mudah.
Ahmad Fatoni mengalami kebutaan sejak usia tujuh hari setelah pengobatan dari penyakit kejang dan demam yang ia derita saat balita.