- veros afif
Dugaan Malpraktik Sebabkan Kematian Bayi Adelia, Berikut Penjelasannya
Sumenep, tvOnenews.com - Di Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep ada kematian bayi bernama Adelia, yang baru berusia enam hari. Adelia meninggal saat perjalanan dirujuk dari RSI Garam Kalianget ke RSUD Sampang. Dalam hal ini, pihak keluarga menyalahkan pengambilan sampel darah SHK (Skrining Hipotiroid Kongenital) yang menyebabkan bayi sakit dan kemudian meninggal.
Menanggapi hal ini, Dinkes P2KB Kabupaten Sumenep melakukan AMP (Audit Maternal Perinatal) di Puskesmas Batang-Batang itu. Kemudian koordinasi bersama Puskesmas setempat dengan Forpimcam dan kepala desa untuk melakukan silaturahmi dan klarifikasi mengenai penyebab kematian bayi tersebut.
“Dinas Kesehatan Sumenep juga melakukan AMP bersama tim AMP Kabupaten Sumenep dan tim AMP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur,” papar Agus Sulistiono, Kadis Kesehatan Sumenep.
Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep telah membentuk satuan petugas khusus independen yang diinisiasi oleh Achmad Fauzi Wongsojudo, Bupati Sumenep, untuk melakukan audit dan penelusuran terkait kematian bayi tersebut.
Tim Satuan Petugas Khusus independen ini terdiri dari lima unsur profesi medis dan lintas sektor, yaitu Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumenep, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Sumenep, Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium (PALTEKI) Sumenep, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumenep, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumenep, Forpimcam, kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta civitas akademika Universitas Wiraraja.
“IDAI, IDI, IBI, PPNI dan PALTEKI memberi kesimpulan bahwa pelaksanaan SHK yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan Standart Operasional Prosedur,” tandasnya.
Ia memastikan, untuk penyebab kematian bayi di Kecamatan Batang-batang itu tidak berhubungan dengan pengambilan sampel darah untuk pelaksanaan SHK.
“Ke depannya, para tenaga medis harus memberikan edukasi dan konseling yang lebih komunikatif kepada keluarga bayi yang akan dilakukan pengambilan sampel untuk pelaksanaan SHK,” terang Agus.
Agus juga mengungkapkan bahwa kematian bayi baru lahir atau 61 jam pascadilakukan pengambilan sampel darah SHK, baru satu laporan yang di Puskesmas Batang-Batang.
Sejak tanggal 1 Sepember 2023 sampai saat ini bayi baru lahir yang sudah dilakukan pengambilan sampel darah untuk pelaksanaan SHK sebanyak 1078 bayi, yang sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium di RSUD dr. Soetomo Surabaya sebanyak 1024 bayi.
Dengan hasil negatif sebanyak 1023 bayi dan hasil TSH tinggi ada satu bayi dari Kecamatan V yang sekarang sudah dirujuk ke RSUD Dr. H Moh. Anwar Sumenep untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Sedangkan 1022 bayi sampai dengan saat ini hidup sehat dan tidak ada keluhan kecuali laporan dari kecamatan X, yakni satu bayi meninggal 61 jam pascadilakukan pengambilan sampel darah SHK,” ungkapnya.
Jumlah bayi yang lahir hidup mulai bulan September sampai dengan November 2023 sebanyak 107 bayi, dan yang lahir normal di Puskesmas Batang-Batang sebanyak 42 bayi. Yakni 35 bayi diantaranya sudah dilakukan pengambilan sampel darah SHK.
“Dari 35 bayi yang dilakukan pengambilan sampel darah SHK ditemukan satu bayi meninggal 61 jam pascadilakukan pengambilan sampel darah SHK,” pungkasnya.
Sebelumnya, pihak keluarga menggelar aksi unjuk rasa di kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, guna meminta bentuk pertanggungjawaban atas kematian bayi Adelia, yang diduga merupakan korban malapraktik yang disebabkan oleh tenaga medis. (vaf/far)